Dia pun mengaku bahwa kesuksesan penyelenggaraan Tong Tong Fair adalah berkat dukungan para sukarelawan dan seniman pengisi acara, serta kehadiran para pengunjung setia.
”Saya terharu juga melihat antusias para sukarelawan yang ingin terlibat di TTF tahun ini, juga para seniman pengisi acara seni, musisi dan penulis buku dan tentu para pengunjung setia,” kata Leslie.
Seorang pengunjung keturunan Indonesia-Belanda, Chanel mengaku rela menempuh perjalanan lebih dari dua jam untuk menikmati suasana Tong Tong Fair, yang sarat dengan nuansa Indonesia, baik pergelaran seni budaya, maupun stan-stan yang ada di dalamnya.
“Saya datang ke sini tahun ini, bersama orangtua saya, karena ada banyak musik yang bagus dan makanan yang enak yang berkaitan dengan budaya Indonesia yang sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja,” kata Chanel, keturunan Indonesia yang tinggal di Deventer, yang berjarak sekitar 150 kilometer dari Den Haag.
“Sama seperti namanya Tong Tong Fair yang bisa diartikan (Tong-tong te ver), Tong Tong yang lokasinya sangat jauh, tapi yang kita dapatkan sangat berharga,” kata dia.
Chanel sangat menyukai stan yang berjualan pakaian, serta makanan. Meski mengaku tidak kenal semua jenis hidangan yang dijual, namun dia bahagia bisa menyaksikan beragam kekayaan kuliner Indonesia.
“Makanannya enak-enak sekali, saya jadi membayangkan Indonesia, dan ingin ke sana. Meski saya belum pernah ke Indonesia, paling tidak saya bisa merasakan suasana Indonesia di sini,” kata Chanel sambil tertawa renyah.
Adapun Richell, pengunjung yang juga warga campuran Indonesia, sangat menikmati es teler yang sebelumnya tidak pernah dirasakan. Ia mengaku kedua orang tuanya yang keturunan Indonesia Belanda memperkenalkan budaya Indonesia dengan sering mengajaknya ke acara seperti ini di Belanda.