Ketika Perempuan Indonesia di Belanda Bangga Dengan Keragaman Budaya

Para Finalis berdiri di depan para Juri ( Foto : Edi De Danser)

Menjelang waktu santap malam, tamu dipersilahkan membeli makanan yang tersedia di ruangan itu. Tentu saja masakan Indonesia. Seperti rendang, telur balado, ayam rica-rica dan lainnya. Juga ada kue tradisional seperti risoles, lemper dan sebagainya.

Edi mengakui dalam acara ini, memang masih banyak yang harus diperbaiki. Untuk itu ia dengan lapang dada menerima saran dan kritik membangun. “ Toh ini juga untuk kebaikan kita semua. Betul saya mendengar bahwa ada yang mengatakan bahwa waktunya dibuat sepadat mungkin dan mungkin juga jalan di catwalknya juga harus lebih banyak dan variasi. Tujuannya supaya lebih melibatkan peserta dan tamu undangan untuk lebih aktif dan interaktif, kata Edi dengan bijak. Ia menambahkan, rencananya tahun depan ia akan membuat acara yang lebih menarik dan penuh kejutan.

Edi De Danser bersama fans dan pendukung acara ( Foto: Koleksi pribadi)

Edi De Dancer mengaku sudah 20 tahun tinggal di Belanda. Sesampainya di Belanda, Edi merasa terpanggil untuk melestarikan budaya Indonesia. “Saya ingin memperkenalkan budaya Bali melalui tarian di Belanda dan sekitarnya.”kata Edi yang lebih senang menggunakan nama Edi De Dancer dari pada nama aslinya. Tak heran jika kini ia lebih dikenal sebagai penari penari profesional dan event organizer di Belanda. ( yuke Mayaratih)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :