Adakah Ketupat dan Opor Ayam di Belanda?

Penulis: Anastasia S. Baalhuis

Kabarbelanda.com, Warmenhuizen – Ketupat dan opor ayam sudah menjadi masakan tradisi perayaan Idul Fitri di Indonesia sejak Islam mulai dianut rakyat Indonesia. Beberapa ahli menyatakan ketupat telah ada sejak zaman Hindu, dan kemudian diteruskan menjadi tradisi keagamaan selanjutnya dengan makna yang lebih dalam.

Makna Ketupat dan Opor Ayam

Ketupat yang berbentuk belah ketupat menggambarkan keseimbangan alam. Di masyarakat Jawa, ketupat merupakan perwujudan kiblat papat limo pancer. Artinya, ketupat memiliki empat arah mata angin utama yakni barat, timur, utara dan selatan, tapi hanya ada satu pusat yaitu kiblat. Filosofi ini menggambarkan kemanapun manusia pergi hanya ada satu tempat kembali yakni pada Allah.

Isian ketupat juga mempunyai makna tersendiri. Beras merupakan lambang kemakmuran. Sedangkan warnanya yang putih menyimbolkan kebersihan dan kesucian hati.

Ketupat (Foto: Anastasia S. Baalhuis)

Ketupat juga sengaja dibuat menjadi anyaman sebagai gambaran jalan hidup manusia yang rumit dan berliku. Kulit ketupat yang terbuat dari daun kelapa muda ibarat kesalahan manusia.

Saat menyajikan ketupat di hari Lebaran, kulit ketupat dibuang, sedangkan beras yang putih bersih dimakan bersama dengan opor ayam. Sajian ini melambangkan permintaan maaf sekaligus memulai kembali lembar baru di hari nan fitri.

Dalam bahasa Jawa, ketupat bisa diucapkan kupat, yang dipercaya merupakan singkatan dari ngaku lepat atau mengakui kesalahan dan juga kulo ndherek lepat atau saya mengakui kesalahan.

Sedangkan opor ayam sendiri adalah lambang permintaan maaf. Opor yang terbuat dari santan memiliki arti pangapunten atau permintaan maaf.

Ketupat Ada di Belanda-kah?

Comments are closed.