Kualifikasi Pekerja Kerah Putih di Belanda: “Sungguh Berat!”

Penulis: Dimas Prasetyo *)

SAAT membuat tulisan mengenai gaji dan pekerjaan PMI (Pekerja Migran Indonesia) di Taiwan, banyak teman yang tertarik dan bertanya tentang gaji pekerja di Belanda, tempat saya saat ini bermukim. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul, antara lain:

Bagaimana syarat bekerja di Belanda?
Berapa standar gaji di Belanda?
Bagaimana cara melamar kerja di Belanda?
Apakah lulusan SMA bisa bekerja di Belanda?

Sebenarnya ada beberapa pertanyaan lain, namun saya memilih pertanyaan yang bersifat umum untuk dijawab. Karena pertanyaan lain bersifat terlalu detail, maka nanti jawabannya akan sangat panjang dan rumit. Saya khawatir membuat pembaca bosan.

Saya akan membagi sedikit informasi. Saat ini, istilah TKI secara resmi telah diubah menjadi PMI, yang berarti Pekerja Migran Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 18 tahun 2017, nama TKI sudah tidak resmi digunakan. Kini namanya menjadi PMI.

Bagaimana syarat bekerja di Belanda?

Pekerja kerah putih. (Freepik.com)

Pertanyaan ini bersifat sangat umum. Jawabannya juga akan cukup panjang. Orang Indonesia (warga luar Uni Eropa) yang ingin bekerja mandiri di Belanda dipastikan harus memiliki kualifikasi yang tinggi. Mengapa?

Karena Belanda mensyaratkan calon pekerja yang ingin berkarir di negeri ini memiliki kualifikasi lulusan S1 atau S2 dari kampus di Belanda, atau lulusan S2 atau S3 dari top 200 Universitas terbaik di dunia jika lulusan kampus di luar Belanda.

Mengapa standar yang dipakai Belanda sedemikian tinggi? Itu karena dunia kerja di Belanda (mungkin juga berlaku di negara Eropa lainnya) mengutamakan orang-orang lokal terlebih dahulu. Jika orang lokal tidak ada yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan, maka prioritas berikutnya adalah warga Uni Eropa. Nah, setelah tidak ada lagi, barulah mencari orang-orang dari luar Uni Eropa.

Singkat kata, jika ingin menjadi pekerja mandiri di Belanda, maka anda harus menjadi “pekerja kerah putih” (high skill migrant), dengan syarat tersebut di atas. Jelas kan?

Saya tegaskan bahwa jika anda ingin menjadi “pekerja kerah biru” (istilah yang merujuk kepada pekerja yang lebih sering menggunakan kekuatan fisik dan tenaga untuk mengerjakan aneka pekerjaan) secara mandiri di Belanda, jelas tidak bisa! Kecuali anda memiliki izin tinggal resmi di Belanda. Syaratnya akan saya bahas di akhir tulisan.

Saya sendiri saat ini bekerja sebagai pekerja “kerah biru” dan istri bekerja sebagai pekerja “kerah putih”. Kok bisa? Nanti saya akan bahas di akhir tulisan.

Berapa standar gaji di Belanda?

Pekerja kerah biru. (Glints.com)

Mungkin pertanyaan ini yang paling ditunggu-tunggu jawabannya. Baik, mari kita bahas.

Standar gaji di Belanda ini unik. Ada beberapa parameter. Beberapa di antaranya adalah:

Faktor usia

Semakin tua, semakin tinggi standar gajinya. Sebagai contoh, pekerja dengan posisi yang sama, akan berbeda besaran gajinya jika usianya berbeda.

Gaji dalam bentuk bruto dan netto

Standar gaji dalam sebelum dan sesudah dipotong pajak. Mengapa demikian? Belanda sendiri adalah salah satu negara dengan pajak penghasilan tertinggi, berkisar antara 35%-40%.

Mumet? Sama.

Jadi, berapa standar gaji di Belanda?

Untuk pekerja kerah biru, rata-rata per jam dibayar antara 8-13 euro (netto). Besaran yang didapat tergantung usia, jenis pekerjaan, dan perusahaan.

Untuk memudahkan maka saya akan membuat simulasi.

Si A berusia 32 tahun, bekerja di perusahaan X. Gaji per jam 10 euro. Bekerja selama 8 jam sehari, 5 hari dalam satu minggu, 22 hari dalam sebulan. Maka:

Gaji per hari: 8x10 = 80 euro

Gaji per bulan: 80x22 = 1760 euro

Menggunakan kurs rata-rata sekitar 1 euro = Rp 17.000, maka gaji si A adalah Rp 29.900.000.

Catatan: standar gaji kerah biru tidak bisa dipastikan, karena tergantung jam kerja yang diambil. Intinya adalah upah per jam.

Untuk pekerja kerah putih, berdasarkan data yang saya himpun dari situs pemerintah Belanda, maka standar gaji untuk high skill migrant atau kerah putih:

Di atas usia 30 tahun, minimal adalah 4752 euro (bruto)
Di bawah usia 30 tahun, minimal adalah 3484 euro (bruto)
European Blue Card atau orang Uni Eropa, minimal 5567 euro (bruto)

(Silakan gunakan kalkulator jika ingin mengetahui berapa nilai nominalnya dalam rupiah. Pakai kurs rata-rata, 1 euro = Rp 17.000)

Semakin besar penghasilan, maka pajak juga akan semakin besar. Ada pula aturan keringanan pajak, yang bisa membuat pekerja akan mendapatkan pengembalian pajak.

Tetapi hal ini akan tidak saya bahas karena akan semakin panjang dan rumit.

Bagaimana cara melamar kerja di Belanda?

Rumit, cari kerja di Belanda. (Freepik.com)

Sudah saya jelaskan di atas tentang rumitnya mencari pekerjaan di Belanda.

"Mas, bisakah proses menjadi pekerja kerah biru dari Indonesia menggunakan jasa agen atau PJTKI?"

Jawabannya, tidak bisa!

Pekerja kerah biru hanya bisa diproses oleh agensi-agensi yang ada di Belanda. Syarat mutlaknya adalah pekerja harus memiliki izin tinggal resmi terlebih dahulu di Belanda. Jika tidak, ya tidak bisa.

Untuk pekerja kerah putih, syarat-syarat lengkapnya bisa dibaca dengan detail lewat website resmi pemerintah Belanda. Nanti akan saya cantumkan linknya. Akan terlalu panjang jika dijelaskan di tulisan ini, yang akan membuat pembaca bosan. Selain itu, saya yakin calon pekerja kerah putih pasti memiliki inisiatif membaca dan mencari tahu sendiri tanpa harus saya menjelaskannya.

Apakah lulusan SMA bisa bekerja di Belanda?

Sebenarnya saya ingin menjawab “tidak bisa” jika mengacu pada peraturan yang ada. Tetapi selalu ada jalan menuju Belanda. Tapi, bagaimana caranya? Ada dua cara, ini menurut pendapat pribadi saya, yang maing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Cara pertama, ini benar-benar tidak saya rekomendasikan dan saya tidak ingin bertanggung jawab jika ada yang mengikuti hal ini. Tetapi faktanya memang ada terjadi di Belanda. Apa itu? Menjadi pekerja ilegal. Saya tidak ingin membahas lebih lanjut soal ini.

Cara kedua, banyak berdoa dan berikhtiar dengan serius. Untuk apa? Mendapat jodoh orang Belanda atau seseorang yang memiliki izin tinggal resmi di Belanda. Cara ini memang aneh bin nyleneh, tapi faktanya memang banyak terjadi, dan salah satunya terjadi pada diri saya sendiri.

Banyak orang non-Belanda bisa bekerja di Belanda karena memiliki pasangan warga Belanda. Juga, apabila memiliki pasangan non-warga Belanda tetapi bisa bekerja, pasangan tersebut adalah pekerja kerah putih atau high skill migrant. Contohnya, saya bisa bekerja di Belanda karena istri berstatus pekerja kerah putih.

Tetapi perlu diperhatikan, status pekerjaan baik yang memiliki pasangan warga Belanda atau kerah putih, mayoritas pekerjaan yang bisa didapat adalah menjadi pekerja kerah biru. Mengapa? Ya karena memang kualifikasinya hanya memenuhi menjadi pekerja kerah biru.

Apakah bisa bertukar dari kerah biru ke kerah putih? Kembali ke pertanyaan nomor pertama, bisa, asal harus sesuai syarat. Yang paling mudah, mengambil kuliah di Belanda. Tapi kuliah di Belanda sendiri juga tidak mudah.

Saya sendiri lulusan S1 dari Universitas Brawijaya Malang Indonesia, dengan pengalaman bekerja lebih dari 6 tahun. Tetapi, saya tidak masuk syarat untuk bekerja sebagai kerah putih. Bahkan, sekalipun saya lulusan S2 dari Universitas Brawijaya, tetap tidak akan memenuhi syarat. Kenapa? Ya, karena Universitas Brawijaya tidak masuk top 200 Universitas terbaik di dunia. Bahkan, tidak ada satu kampus di Indonesia yang masuk deretan itu, tidak hanya almamater saya.

Sampai disini, paham kan bagaimana tingginya standar pekerjaan di Belanda?

Ada satu kasus. Seorang dokter dari Indonesia, menikah dengan warga Belanda. Di Indonesia beliau sudah membuka praktik sendiri. Tetapi pada akhirnya di Belanda dokter tersebut banting setir menjadi YouTuber, dan terkenal sebagai editor video acara-acara di Belanda. Mengapa bisa begitu? Kembali ke standar Belanda yang berbeda dengan Indonesia, sehingga beliau tidak bisa menjadi dokter yang berpraktik di sini.

Beliau juga pernah menjadi pekerja kerah biru, yakni sebagai asisten chef di sebuah rumah makan Indonesia. Unik, bukan? Dokter yang beralih menjadi koki, kemudian editor video.

Sektor pekerjaan kerah biru di Belanda mayoritas diambil oleh pekerja-pekerja dari Polandia, Rumania, Italia, dan beberapa negara Eropa yang memiliki perekonomian yang tidak lebih bagus dari Belanda. Rekan-rekan kerja saya para pekerja kerah biru mayoritas dari Polandia.

Saya pernah berdiskusi dengan teman saya orang Polandia.

"Mengapa kamu bekerja di Belanda?" tanya saya.

"Di sini gajinya lebih baik, dengan pekerjaan yang lebih ringan."

"Ah, pantas. Akhirnya negaramu mengambil pekerja dari negaraku. Ternyata karena memang alasan ini, orang Polandia datang kemari."

"Benar. Tidak hanya di Belanda, orang-orang kami juga tersebar di Jerman dan Belgia, karena memang standar gajinya lebih bagus."

Saat orang Polandia berbondong-bondong ke Belanda dan negara lainnya, Polandia justru mengambil pekerja dari Indonesia. Sebuah ironi.

Kembali pada aturan bahwa Belanda akan memprioritaskan pekerja dari negara Uni Eropa daripada pekerja dari negara non-Uni Eropa, seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Untuk itu, jika ingin bekerja sebagai pekerja kerah biru bagi orang Indonesia, ikuti cara seperti dicantumkan pada jawaban pertanyaan nomor empat tadi.

Karena pengetahuan saya yang minim, bisa jadi ada cara lain. Tetapi bagi saya, bekerja di mana saja itu sama. Saya pernah bekerja mendulang rupiah, mengais dolar Taiwan, dan saat ini mendapat gaji euro. Semua sama rasanya.

Guru saya pernah memberikan nasihat:

"Nafkah atau penghasilan terbaik itu bukan dari banyaknya, tapi manfaat yang timbul setelahnya. Jika nafkah itu membuatmu semakin dekat dengan-Nya, maka itulah nafkah yang terbaik." ***

*) Pekerja kerah biru, tinggal di Eindhoven, Belanda

Editor: Tian Arief

3 Comments on “Kualifikasi Pekerja Kerah Putih di Belanda: “Sungguh Berat!””

  1. Howdy! This is kind of off topic but I need some guidance from an established blog.
    Is it very hard to set up your own blog? I’m not very techincal
    but I can figure things out pretty fast. I’m thinking about setting up my own but I’m not sure
    where to start. Do you have any ideas or suggestions?
    Many thanks
    powered by GoToTop.ee
    https://ru.gototop.ee/

  2. Have you ever considered about adding a little bit more than just your
    articles? I mean, what you say is important and
    all. But think of if you added some great graphics or videos to give your posts more, “pop”!
    Your content is excellent but with images and videos, this website could definitely be
    one of the best in its field. Great blog!
    powered by GoToTop.ee
    https://ru.gototop.ee/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :