Latihan Merpati Putih di Belanda Terapkan Protokol Kesehatan

Kabarbelanda.com, Den Haag – Di tengah cuaca cerah bersuhu 12 derajat celcius, sebanyak 16 anak di bawah usia 18 tahun, Sabtu pekan lalu, di Den Haag, melakukan gerakan dasar pencak silat dengan penuh semangat. Latihan olahraga di depan gedung SportCampus Zuiderpar Den Haag bergaya bootcamp itu dilakukan dengan tetap mematuhi aturan yang ada, antara lain mengenakan pakaian olahraga untuk cuaca dingin berupa pakaian termo (anti-dingin). Ke-16 anak-anak -beberapa di antaranya berusia remaja- itu merupakan anggota Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako) Merpati Putih Belanda.

Latihan Merpati Putih di bawah arahan pelatih Imke Bleijendaal dibantu Arwin Rajono itu diawali lari dan gerakan-gerakan senam pemanasan, sebagai latihan meningkatkan kondisi fisik dan meningkatan kekuatan serta daya tahan tubuh.

Nah, peningkatan daya tahan tubuh ini merupakan satu hal yang sangat didambakan semua orang di tengah pandemi COVID-19 ini. Berbagai cara ditempuh orang untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya, antara lain dengan memakan makanan bergizi, cukup istirahat, mengonsumsi vitamin atau suplemen makanan, dan berolahraga.

Tahun 2020 hingga awal 2021 ini, semua sektor termasuk sektor olahraga, untuk sementara mengurangi intensitasnya, menyesuaikan diri dengan situasi pandemi yang melanda dunia, termasuk Belanda.

Awal 2021, PPS Betako Merpati Putih Belanda turut terkena dampak pandemi, sehingga harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Saat ini, latihan tidak memungkinkan digelar di dalam gedung, karena adanya aturan penutupan di semua sektor yang tidak vital.

Kendati anak-anak di bawah usia 18 tahun diperbolehkan berolahraga di luar ruang, ada beberapa protokol kesehatan. Menurut Imke, ada beberapa persiapan sebelum pelatihan dimulai, antara lain peserta latihan adalah anak yang berusia di bawah usia 17 tahun. Mereka wajib mendaftar melalui aplikasi Socie. Selain itu, mereka dipastikan tidak memiliki gejala pilek, panas, batuk, dan sesak napas. Mereka juga wajib mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

Anak-anak berlatih Merpati Putih dengan penuh semangat. (Adi Zitter)

“Seharusnya pelatihan perdana ini dimulai minggu kedua bulan Februari. Tetapi karena ada kendala cuaca ekstrim dan badai salju sampai minus 8 derajat celcius, maka pelatihan ini diundur ke minggu ketiga Februari,” kata Imke kepada Kabarbelanda.com.

“Anak-anak dapat berolahraga, bertemu, dan bercakap-cakap dengan teman-temannya. Itu sangat penting dalam situasi seperti ini,” lanjutnya. Itulah yang menjadikan motivasi bagi dirinya untuk menggerakkan anak-anak berlatih pencak silat melalui bootcamp ini.

Tito Sianipar, salah seorang orangtua yang mengantarkan anaknya untuk pertamanya berlatih pencak silat, mengatakan, pertama kali mengenal Merpati Putih melalui mesin pencari Google. “Kebetulan saya sedang cari-cari (olahraga pencak silat) untuk dua anak saya. Jadi seneng banget bisa ketemu pencak silat di Den Haag dan membawa anak-anak saya latihan ke sini. Pencak silat ini beladiri milik Nusantara,” ujar Tito, yang ditugaskan di KBRI Den Haag selama 6 bulan ini.

Kebanggaan Tito terhadap pencak silat, yang merupakan beladiri warisan nenek moyang ini, tentu dirasakan oleh para orangtua lainnya yang bermukim di negeri orang, dan Merpati Putih merupakan salah satu perguruan pencak silat yang memiliki cabang di luar negeri.

Penulis: Adi Zitter
Editor: Tian Arief

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :