Bagi sebagian orang, ini mungkin menyinggung, tetapi harapannya adalah untuk memicu percakapan antara generasi muda dengan orang yang lebih tua soal mewariskan budaya kuliner bersama dan merayakan makanan dalam semua aspeknya.
Menurut Helena, Majalah Rakus terutama ditujukan untuk pembaca yang lebih muda, khususnya mereka yang memiliki akar Indonesia atau Indo-Belanda.
“Namun, pada edisi pertama, kami juga menemukan bahwa orang tua dan kakek-nenek membelikannya untuk (cucu) mereka, membolak-baliknya sendiri, dan kemudian memutuskan untuk membeli satu eksemplar untuk diri mereka sendiri juga,” kata Helena.
Dia berharap dapat menjangkau pembaca yang lebih luas di luar komunitas Indonesia dan Indo-Belanda di Belanda—khususnya untuk menarik lebih banyak perhatian pada kuliner yang beragam dan masih kurang dihargai di negara ini.
Sebagai inisiator, Helena Smit selalu ingin membuat majalah, terutama untuk mempelajari proses produksi dan akhirnya memiliki sesuatu yang nyata di tangannya setelah menyelesaikan sebuah proyek.
Dia terinspirasi oleh seorang teman yang juga menerbitkan majalah sendiri. Namun kemudian muncul pertanyaan, apakah dia juga harus membuat majalah.
Namun mengingat kecintaannya pada makanan Indonesia, yang tidak mengherankan karena ibunya orang Indonesia, Helena memulai apa yang kemudian menjadi hobi yang berubah menjadi pekerjaan: menjadi tuan rumah Indo Food Tours di ibu kota makanan Indo-Belanda/Indonesia di Belanda, Den Haag.
Helena memulainya setelah karantina COVID pertama ketika ia dan seorang teman memetakan tur mereka sendiri ke berbagai restoran dan toko Indonesia, membagikannya di Instagram, dan kemudian menerima permintaan dari orang lain untuk mengubahnya menjadi tur berpemandu.
Melalui kegiatan ini, jaringannya dalam dunia kuliner Indo-Belanda dan Indonesia terus berkembang.
Hal ini akhirnya membawanya pada ide untuk memberi jaringan itu rumah di sebuah majalah yang sepenuhnya didedikasikan untuk budaya kuliner yang telah menghubungkan Belanda dan Indonesia selama berabad-abad.