Syuting Film ‘Sampai Nanti, Hanna!’ di Belanda

Penulis: Jacqueline Vandayantie

Kabarbelanda.com –  Belanda, negeri kincir angin yang selalu menghipnotis para sineas Indonesia untuk datang melakukan syuting baik itu film layar lebar, sinetron bahkan sampai video klip musik.

“Si Doel the Movie” misalnya, lalu “Merindu Cahaya Amstel”, “Bumi Manusia”, “Negeri Van Oranje”, “Laura & Masha”, “Bangsatnya Cinta Pertama” dan masih banyak lagi yang lainnya.

Pada Desember 2023, syuting film “Sampai Nanti, Hanna!” dibuat di kota Leiden. Film ini terinspirasi dari kisah nyata dengan latar belakang tahun 90 an.

Film “Sampai Nanti, Hanna!” dibesut Agung Sentausa, sutradara asal Bandung. Bercerita tentang sosok Hanna yang mengalami perundungan secara verbal sejak kecil oleh keluarganya sendiri.

Ada pula  sosok Gani yang mencintainya secara diam-diam sejak kali pertama dia mendengar suara Hanna ketika mereka kuliah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung.

Film ini menjadi menarik karena adanya beban psikologis yang diceritakan secara gamblang terutama pada sosok Hanna, latar belakang peristiwa demo mahasiswa 1998 dan romantisme Kota Leiden dan Bandung.

Penulis dan Agung Sentausa, sutradara “Sampai Nanti Hana”. (Foto: Jacqueline Vandayantie)

“Yang membuat saya tertarik dalam pengerjaan film ini adalah tema tentang bagaimana anak muda berani bicara alias speak up,” kata Agung Sentausa dengan wajah serius.

“Contohnya seperti masalah perundungan ini, yang terkadang bisa membuat korban itu menjadi kuat dan berani, namun sejalan dengan dinamika kehidupan yang terjadi malah terkadang hasil akhirnya tidak selalu sejalan dengan keinginan kita.”

Sebanyak 20 kru film terpaksa menahan suhu udara musim dingin Belanda. Berbekal jaket super tebal, syal, sarung tangan dan beberapa mengenakan tutup kepala seperti topi kupluk.  Syuting berlangsung selama 8 hari. Dan selama itu pula mereka menginap di salah satu bungalow di kawasan Nordwijk. Nah, untuk menghangatkan badan disela sela syuting di luar ruangan, mereka memasang tenda khusus di depan bungalow.

Tampak beberapa termos air panas untuk membuat minuman panas seperti teh dan kopi.  Tampak beberapa kru juga menikmati biskuit, keripik kentang juga permen hopjes, di saat break atau menunggu giliran scene selanjutnya.

Dewi Umaya Rachman, sang produser. (Foto: Jacqueline Vandayantie)

Ditemui di sela-sela makan malam, Dewi Umaya Rachman, sang produser mengatakan Pic[k]lock Films adalah perusahaan film yang fokus pada produksi cerita film dengan latar belakang sejarah, sosial politik dan budaya.

“Jadi bisa dibilang sejak berdirinya tahun 2008, ketika saya dan Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang biasa dikenal dengan Noe Letto, selalu menekankan bahwa kekuatan perusahan kami ada di film biopik dan drama politik tanpa menghilangkan unsur hiburannya,” kata wanita yang banyak terlibat dalam produksi film di Indonesia tersebut.

Dewi Umaya juga ikut memproduseri film Guru Bangsa Tjokroaminoto besutan sutradara Garin Nugroho yang pada 2015 menang sebagai Film Bioskop Terpuji di Festival Film Bandung dan juga menjadi nominasi Film Cerita Panjang Terbaik pada Festival Film Indonesia di tahun yang sama.

“Matahari Media membuat pekerjaan saya di Belanda menjadi lebih mudah, karena itu saya mantap memilih Belanda untuk syuting film Sampai Nanti Hanna ini, semoga bisa berkenan bagi seluruh pecinta film Indonesia,” tuturnya lagi.

Ibrahim Risyad, pemeran Gani dalam “Sampai Nanti Hanna” bersama penulis. (Foto: Jacqueline Vandayantie)

Berperan sebagai Arya adalah Ibrahim Risyad, aktor kelahiran Bandung berusia 30 tahun. Ia mempersiapkan diri secara serius untuk perannya. Misalnya dengan rajin menjaga stamina dengan berolah raga. Ia juga menyiapkan baju khusus musim dingin dan membawa obat-obatan pribadi.

“Sebenarnya saya sudah pernah syuting juga di musim dingin, tapi waktu itu di Turki sekitar tahun 2017. Namun saya lebih suka syuting di Belanda karena selain juga pengalaman baru untuk saya, juga karena waktu syuting yang jelas yaitu 10 jam sehari. Jadi lebih teratur,” jelasnya.

Menurut Agung Sentausa, selama syuting berlangsung, tak ada kendala yang berarti karena semuanya sudah dipersiapkan secara matang. ” Selain hampir semua peralatan berat untuk syuting telah disiapkan, termasuk vitamin dan jadwal syuting yang padat, “jelas Agung.

Seluruh kru film “Sampai Nanti Hanna”. (Foto: Jacqueline Vandayantie)

Sementara, Febby Rastanty yang berperan sebagai Hanna, tampak selalu didampingi ibunya kemana pun dia pergi. Artis yang masih belia ini mengaku sangat menyukai olahraga lari. Ia bahkan sering mengikuti kejuaraan marathon di mancanegara.

“Jika saya harus memilih antara akting dan olahraga lari, saya tidak bisa pilih karena keduanya sudah menjadi darah daging saya,” pungkasnya sambil tersenyum ramah.

Setiap kali syuting berakhir, para kru dan artis menyantap makanan Indonesia. Kali ini menunya adalah mie ayam, pempek Palembang, nasi rames, lontong sayur komplit serta kudapan kue yang beraneka ragam. “Kami sengaja memesan makanan Indonesia dari restaurant Indonesia di kota Voorburg yang dekat dari lokasi syuting karena orang kita suka kangen makan nasi”, jelas Ade Sinaga, salah satu kru film yang tinggal di Belanda.

Film “Sampai Nanti, Hanna!” dapat disaksikan di bioskop kesayangan di Indonesia pada 2024 yang akan datang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :