Serunya Pertemuan Komunitas Kuliner Belanda di Peluncuran Majalah Rakus

Khususnya bagi generasi muda Indo-Belanda di Belanda, “rakus” bukanlah kata yang negatif. Kata ini sering digunakan secara bercanda untuk menyebut diri mereka sendiri dan kecintaan mereka pada makanan. Juga julukan pada anggota  keluarga yang kerap menghabiskan makanan dari wadahnya hingga tandas.

Bagi sebagian orang, ini mungkin menyinggung, tetapi harapannya adalah untuk memicu percakapan antara generasi muda dengan orang yang lebih tua soal mewariskan budaya kuliner bersama dan merayakan makanan dalam semua aspeknya. 

Menurut Helena, Majalah Rakus terutama ditujukan untuk pembaca yang lebih muda, khususnya mereka yang memiliki akar Indonesia atau Indo-Belanda.

Yulia Pattopang bersama Ipul Hadi dari Restoran Kokki Londo di Haarlem dan Chef Reza, Youtuber yang akan segera buka restoran Rempahan di Den Haag akhir bulan ini. (Foto: Cindy Angelique)


“Namun, pada edisi pertama, kami juga menemukan bahwa orang tua dan kakek-nenek membelikannya untuk (cucu) mereka, membolak-baliknya sendiri, dan kemudian memutuskan untuk membeli satu eksemplar untuk diri mereka sendiri juga,” kata Helena. 

Dia berharap dapat menjangkau pembaca yang lebih luas di luar komunitas Indonesia dan Indo-Belanda di Belanda—khususnya untuk menarik lebih banyak perhatian pada kuliner yang beragam dan masih kurang dihargai di negara ini.

Sebagai inisiator, Helena Smit selalu ingin membuat majalah, terutama untuk mempelajari proses produksi dan akhirnya memiliki sesuatu yang nyata di tangannya setelah menyelesaikan sebuah proyek. 

Dia  terinspirasi oleh seorang teman yang juga menerbitkan majalah sendiri. Namun kemudian muncul pertanyaan, apakah dia juga harus membuat majalah. 

Ray pembicara workshop tentang cokelat, bersama istrinya Sanna mereka kelola The Chocolate Shop di Den Haag. (Foto: Cindy Angelique)

Namun mengingat kecintaannya pada makanan Indonesia, yang tidak mengherankan karena ibunya orang Indonesia, Helena memulai apa yang kemudian menjadi hobi yang berubah menjadi pekerjaan: menjadi tuan rumah Indo Food Tours di ibu kota makanan Indo-Belanda/Indonesia di Belanda, Den Haag.

Helena  memulainya setelah karantina COVID pertama ketika ia dan seorang teman memetakan tur mereka sendiri ke berbagai restoran dan toko Indonesia, membagikannya di Instagram, dan kemudian menerima permintaan dari orang lain untuk mengubahnya menjadi tur berpemandu. 

Melalui kegiatan ini, jaringannya dalam dunia kuliner Indo-Belanda dan Indonesia terus berkembang.

 Hal ini akhirnya membawanya pada ide untuk memberi jaringan itu rumah di sebuah majalah yang sepenuhnya didedikasikan untuk budaya kuliner yang telah menghubungkan Belanda dan Indonesia selama berabad-abad.

Majalah Rakus  tersedia daring di https://rakusmagazine.nl/ (untuk pesanan dari Indonesia, gunakan tautan https://rakusmagazine.nl/buiten-eu/).

Dapat ditemukan di toko-toko tertentu, toko buku Indo-Belanda/Indonesia, dan museum di Belanda. Harganya €14,95, belum termasuk biaya pengiriman. 

Majalah setebal 148 halaman tersebut memuat berbagai hal seputar kuliner. Tak hanya  resep, banyak wawancara dengan pecinta kuliner dan koki terkenal, cerita latar belakang, dan kiat.

Kabarbelanda.com foto bersama Ray& Anna dari The Chocolate Shop Den Haag dan Han Harlan dari Voks Radio ( Foto: Cindy Angelique)

Tim yang bekerja di Majalah RAKUS sama beragamnya dengan majalah itu sendiri. Beberapa editor dan fotografer Indo-Belanda, Indonesia, Maluku, Peranakan, Jawa-Suriname, dan Belanda yang terkenal turut berkontribusi dalam majalah ini.

Termasuk PhD Louie Buana, fotografer makanan Daisy de Fretes, sejarawan Yulia Pattopang, pengusaha budaya Melvin Toemin, fotografer potret Joyce de Vries, pakar etiket Jan Jaap van Weering, dan jurnalis yang fokus pada budaya camilan Belanda Ubel Zuiderveld (Ubelski). 

Majalah RAKUS pertama kali terbit pada tahun 2022. Awalnya ditujukan sebagai edisi satu kali. Namun, permintaan terus berdatangan, dan, diam-diam, menyusun majalah seperti ini sangat menyenangkan.

Helena Smit, Pemimpin Redaksi Rakus Magazine. (Foto: Cindy Angelique)

Masih banyak topik yang belum dieksplorasi. Perjalanan panjang ke seluruh Indonesia, di mana beberapa teman koki dan pakar makanan Indonesia mengatakan akan sangat disayangkan jika berhenti di satu edisi saja. 

Kalimat “Kamu baru saja mulai, kak!”, mengubah keadaan.Maka, edisi kedua pun dibuat. Masih banyak cerita lain yang bisa diceritakan. Smit belum dapat memastikan apakah dia juga berencana membuat edisi ketiga.

Editor: Natalia Santi

Comments are closed.