Serunya Pertemuan Komunitas Kuliner Belanda di Peluncuran Majalah Rakus

Para hadirin mayoritas yg bergerak di dunia kuliner yang juga diangkat dalam edisi kedua majalah Rakus. (Foto: Cindy Angelique)

Pembicaranya adalah Ray. Yang bersama istrinya, Sanna, mengelola toko cokelat The Chocolate Shop di Den Haag. Mereka tidak hanya menjual cokelat dari Indonesia saja tetapi juga cokelat dari seluruh dunia termasuk dari Peru.

Di akhir sesi miniworkshop tentang coklat,  para hadirin mendapatkan satu kantong berisi dua batang coklat.

Saat rehat diskusi, para hadirin juga bisa mencicipi es krim  rasa durian dari Capri Ijssallon Rotterdam. Kebetulan pemilik kedai Es krim ini adalah warga Indonesia, yaitu Nova Burdo-Marcelin yang dikenal sebagai penari tradisional Indonesia di Belanda.   Ia bersama sang suami, warga Italia memulai bisnisnya memperkenalkan es krim dengan rasa aneka buah dari Asia termasuk Indonesia.

Ada pula lapis legit dari Indo Treats. Seperti ada di boks dari Restoran Kopi Kopi. Pembuat snack khas Indonesia yang dikemas dalam sebuah kotak dengan hiasan unik.

Lapis legit salah satu Indotreats Restoran Kopi Kopi Den Haag. (Foto: Cindy Angelique)

Bertemu orang Indonesia, semakin bertambah teman kuliner dari Den haag dan sekitarnya.

Majalah RAKUS adalah majalah kuliner unik yang membahas tentang makan-makan  di Belanda. 

“Di Belanda, karena sejarah bersama dengan Indonesia, kami telah mengembangkan budaya kuliner komunal yang unik yang harus kami hargai dan rayakan,” kata Helena Smit kepada KabarBelanda.com.

Budaya makan bersama ini telah menjadi begitu jelas sehingga sering dianggap remeh, meskipun seharusnya tidak demikian. 

Selain itu, makanan berfungsi sebagai cara yang luar biasa untuk menarik perhatian pada sejarah dan budaya bersama antara Indonesia dan Belanda dengan cara yang mudah dipahami. 

Chesron Nanuru, chef dan pemilik restoran Senang Makan di Breda, pemenang foto cover Majalah Rakus edisi ini. (Foto: Cindy Angelique)

“Ini adalah sejarah dan budaya yang belum sepenuhnya diakui atau dipahami oleh masyarakat Belanda,” kata Helena.

Khususnya bagi generasi muda Indo-Belanda di Belanda, “rakus” bukanlah kata yang negatif. Kata ini sering digunakan secara bercanda untuk menyebut diri mereka sendiri dan kecintaan mereka pada makanan. Juga julukan pada anggota  keluarga yang kerap menghabiskan makanan dari wadahnya hingga tandas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :