Indira Primasari Berjuang Raih Gelar Doktor Sambil Belajar Gamelan dan Mengajar Bahasa Indonesia

Indira dan suaminya Luhur Bima sering bepergian ke seluruh pelosok Belanda. (Foto: Istimewa)

Ada sekitar 30 orang Indonesia dari berbagai profesi dan latar belakang, seperti website developer, illustrator, psikolog, pemimpin komunitas, editor, translator, yang terlibat dalam project tersebut.

“Mereka semua orang-orang bertalenta dalam bidang masing-masing dan memiliki hati yang besar untuk masyarakat Indonesia. Saya sungguh berterima kasih atas bantuan dan kerjasama mereka,” kata Indira.

Penelitian Indira menganut prinsip evidence-based, sehingga dia perlu memastikan bahwa produk ini terbukti secara ilmiah dan bermanfaat sebelum diluncurkan secara resmi. 

“Mohon doa agar proses akhir ini berjalan dengan lancar dan bermanfaat untuk banyak orang,” kata Indira menjelaskan proyek website self-help terkait dengan trauma yang sedang dia garap.

Riset yang dia tekuni sejak 2019 sempat terkendala oleh pandemi selama dua tahun. Akibatnya, dia pun harus mengubah arah riset dan memulai dari awal. Selain itu, dia pun merasakan tantangan riset doktoral di Belanda yang sangat menekankan pada kualitas penelitian dan kemandirian yang sangat tinggi. 

“Saya perlu bekerja keras untuk mencapai standar kualitas penelitian yang disyaratkan oleh supervisor dan komunitas akademis internasional,” kata Indira.

Namun kendala tersebut berhasil telah diatasi. Saat ini Indira sudah menyelesaikan seluruh proses pengambilan data dan menerbitkan beberapa publikasi ilmiah. Saat sedang dalam proses penulisan publikasi akhir dan disertasi. 

Indira telah belajar gamelan sejak pertama tiba di Belanda. (Foto: Istimewa)

Cinta Gamelan

Sejak kecil, Indira tertarik dengan budaya, khususnya budaya Jawa karena latar belakang saya sebagai orang berdarah Jawa. Berkesenian juga menjadi salah satu hobinya sejak kecil. 

Karenanya ketika tiba di Belanda, dia pun ikut bergabung dengan kelompok gamelan. “Awalnya saya ingin tahu saja karena di Amsterdam banyak orang non-Indonesia dan non-Jawa yang pandai bermain Gamelan dan rutin berlatih. Sebagai orang Indonesia dan orang Jawa timbul pertanyaan, mengapa saya tidak ikut latihan saja,” kata Indira.

Selain itu, Indira juga ingin membaur dengan masyarakat di Amsterdam, dan bergabung dengan komunitas gamelan untuk membantu proses adaptasi dan integrasinya. Dia mencari informasi tentang grup gamelan itu dari internet, kemudian lalu menghubungi pengurusnya.

Tak terasa dia telah berlatih di grup gamelan selama tiga tahun. Anggotanya adalah orang Belanda dan pendatang internasional. Beberapa diantara mereka memiliki garis keturunan Indonesia, tapi saat itu Indira adalah satu-satunya warga negara Indonesia dalam grup tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :