Merayakan Paskah dengan Sup Kimlo di Belanda

Penulis: Yuke Mayaratih

Kabarbelanda.com –  Puluhan umat Kristiani Indonesia di Belanda menghadiri ibadah paskah di Gereja Oikumene Kawanua Nederland (GOKN)- Zuthpen, Minggu (31/3).

Alam semesta terasa mendukung misa yang diadakan  di Gedung Uitwijk, Jalan De Brink 116, 7206 KD, Zutphen.  Cuaca  tampak cerah dengan suhu 18 derajat Celsius saat jemaah dan simpatisan berdatangan sebelum acara dimulai pukul 14.30.

Menurut Ketua GOKN- Zuthpen Jos Lalenoh, Kebaktian Paskah kali ini tidak saja diikuti warga Indonesia yang tinggal di Zuthpen dan sekitarnya, tetapi juga ada yang datang dari Arnhem dan Deventer dan bahkan dari perbatasan Jerman.

Misa Paskah berlangsung penuh khidmat dan dihadiri jemaah dari beberapa wilayah di Belanda, bahkan dari perbatasan Jerman. (Foto: Yuke Mayaratih)

“Kebaktian Paskah tahun ini jadi lebih meriah dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Jos kepada Kabarbelanda.com.

Kebaktian di GOKN- Zuthpen menggunakan selalu dua bahasa. Yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Belanda, termasuk lagu pujian yang dinyanyikan bersama jemaat.

Ibadah pun berjalan dengan penuh khidmat. Liturgi pun menuntun jemaat untuk ikut merasakan kebangkitan Yesus Kristus di kayu salib.

Barry von Oerthel, warga Belanda berdarah Indonesia, menyampaikan khotbah Paskah. (Foto: Yuke Mayaratih)

Pesan Paskah disampaikan Barry von Oerthel, dengan tema “Kebangkitan Yesus Kristus Adalah Kemenangan Yang Harus Dirayakan.”

Barry von Oerthel,  yang memiliki darah Indonesia menjelaskan bahwa kebangkitan Yesus di kayu salib adalah penggenapan janji Tuhan yang sudah ditulis dalam kitab,  2000 tahun sebelum Yesus lahir.

“Jadi yang paling utama adalah sebagai umat Kristen, kita harus percaya bahwa Yesus sudah melewati kematian dengan membuktikan bahwa diriNya bangkit di hari ketiga.”

“Percaya bahwa kematian Yesus seharusnya membuat iman Kristen semakin bertumbuh dan kuat.”

Para pengiring pujian mengenakan batik khas Indonesia. (Foto: Yuke Mayaratih)

Biasanya, warna baju khas paskah di Belanda ditandai dengan wana kuning. Namun para pengiring puji pujian, yaitu Peggi, Diana dan Yoke kompak mengenakan pakaian dengan motif batik khas Indonesia.

Seusai ibadah, para jemaah bisa menikmati sup kimlo. (Foto: Yuke Mayaratih)

Usai ibadah seperti biasa, tersedia hidangan makanan Indonesia. Kali ini sedikit istimewa karena ada sup pembuka hidangan makan malam. Yaitu sup kimlo, lengkap dengan kerupuk dan sambal.

Selain sup kimlo, jemaah juga bisa menikmati hidangan khas Indonesia lainnya, seperti nasi rames. (Foto: Yuke Mayaratih)

Beberapa jemaat juga membawa aneka kue khas Indonesia seperti kue putri ayu dan bolu pandan.

Tampak warga menikmati santap malam sambil bersilaturahmi, bercanda dan tertawa.  Mereka pun tak lupa mengabadikan suasana Paskah dengan foto bersama.

Suasana yang hangat dan penuh keakraban ini membuat mereka enggan pulang ke rumah sampai waktu menunjukkan pukul 18.00 sore waktu setempat.

Editor: Bune Laskar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :