Sajojo Bersama di Resepsi Diplomatik Kemerdekaan RI di Belanda

Penulis : Yuke Mayaratih

Kabarbelanda.com –Tarian Papua, Maluku dan Tari Saman dari Aceh memukau para tamu yang hadir dalam resepsi diplomatik dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke 78 di rumah dinas Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda Mayerfas di Wassenaar (sekitar 13 kilometer sebelah timur laut Den Haag).

Tamu undangan terdiri atas para duta besar dan perwakilan negara-negara yang ada di Belanda, diplomat dan atase militer, Indonesianis atau warga Belanda sahabat Indonesia, dan diaspora Indonesia, yang selama ini aktif dalam kegiatan bersama Kedutaan Besar RI (KBRI) di Den Haag.

Tarian Archipelago dari Maluku. (Foto: Yuke Mayaratih)

Beberapa tamu dari negara lain tampak mengenakan pakaian dinas militer. Tampak para diaspora Indonesia mengenakan kebaya atau batik. Adapun staf kedutaan Republik Indonesia mengenakan pakaian adat. Seperti pakaian adat Melayu, Lombok, Toraja, Sumatera dan Jawa Barat.

Minuman dan rempeyek, camilan khas Indonesia telah tersaji di halaman, menyapa para undangan. Di bagian tengah, depan panggung tampak buah buahan segar yang ditata ala sesajen khas Bali. Juga dekorasi khas Tanah Air, seperti patung mini penganten dari berbagai daerah.

Salah satu snack khas Indonesia, Ketan Serundeng, tersaji cantik dalam resepsi diplomatik. (Foto: Yuke Mayaratih)

Lebih dari seribu orang terundang dalam resepsi diplomatik tahun ini. Sebanyak 16 hidangan khas Indonesia tersaji, diiringi beragam tarian tradisional.

Lagu kebangsaan Indonesia Raya pun berkumandang, dilanjutkan dengan lagu kebangsaan Belanda, Wilhelmus. Semua yang hadir mengikuti alunan kedua lagu kebangsaan itu dengan khusuk dan hormat.

Penulis bersama Dubes Mayerfas dan Nursyahbani kantjasungkawa, aktivis HAM Indonesia salah satu tamu yang hadir. (Foto: Istimewa)

Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Mayerfas pun menyampaikan sambutan. “Pada 2045, Indonesia akan mencapai puncak keemasan, Indonesia emas. Dan kita akan kaya sebelum kita tua,” kata Dubes Mayerfas.

Seusai menyampaikan pidato sambutan, Mayerfas pun mengangkat gelasnya, melakukan proost (toast, mengangkat gelas minuman berisi wine), secara resmi mengucapkan selamat datang.

Dirjen Politik Kementerian Luar Negeri Belanda, Marcel de Vink, Wakil Ketua Dewan Negara Belanda, Thomas de Graaf, Ketua Senat Belanda, Professor Jan Anthonie Bruijn, serta mantan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot, dan Direktur Kerja Sama Militer Internasional, Kementrian Pertahanan Belanda, Wolter Sillevis Smitt saat menerima potongan tumpeng. (Foto: Yuke Mayaratih)

Mayerfas juga memotong tumpeng, tradisi acara perayaan khas Indonesia. Potongan tumpeng diberikn kepada Dirjen Politik Kementerian Luar Negeri Belanda, Marcel de Vink, Wakil Ketua Dewan Negara Belanda, Thomas de Graaf, Ketua Senat Belanda, Professor Jan Anthonie Bruijn, serta mantan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot, dan Direktur Kerja Sama Militer Internasional, Kementrian Pertahanan Belanda, Wolter Sillevis Smitt.

Ini adalah acara resepsi diplomatik paling meriah dan paling berkesan yang pernah ada di Belanda. Ada banyak suguhan makanan, serta pertunjukan tarian dan lagu tradisional.

Salah satu penari Papua. (Foto: Yuke Mayaratih)

“Acara seperti ini perlu karena dalam kesempatan ini kita menunjukkan wajah Indonesia saat ini. Indonesia yang sudah lebih maju dan modern, di mata dunia dan tentu saja di mata negeri Belanda,” kata Dubes Mayerfas.

Tarian Saman dari Aceh pada mahasiswa Indonesia dari Wageningen Belanda membuka acara. Selain itu tarian dan lagu tradisional Nahin Ko-u Yoyo dari Tanimbar Archipelago Maluku lengkap dengan tabuhan gendang dan nyanyian. Di antara para penari, tampak pula warga Belanda.

Tari Sajojo dari Papua membuat para tamu ikut bergoyang. (Foto: Yuke Mayaratih)

Tarian Sajojo lengkap dengan baju tradisional dan riasan wajah Papua, tampil dinamis dan memukau para hadirin. Para penari juga turun dari atas panggung, mendekati para penonton dan mengajak mereka menari bersama. Decak kagum dan pujian terdengar saat tarian usai.

Hidangan yang tersaji antara lain ketan serundeng yang disajikan dalam ukuran mini dan cantik. Sate ayam yang menjadi favorit, tekwan, iga bakar yang dikombinasi dengan nasi goreng, gado gado, dan juga tumpeng mini. Tak ketinggalan, es cendol dan aneka minuman hangat.

Semakin malam tamu menikmati lagu dan ikut berjoget. (Foto: Yuke Mayaratih)

Acara dimulai pukul 5 sore waktu setempat dan berakhir hingga pukul 9 malam. Hari semakin malam dan dingin, meski begitu para tamu tampak enggan beranjak pulang. Mereka larut dan terus berjoget bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :