Komunitas Jogya Lovers di Belanda Gelar Piknik Bersama di Utrecht

“Saya melihat, ternyata banyak yang tertarik, tidak saja mereka yang berasal dari Yogyakarta.Tetapi juga orang yang pernah menetap dan kuliah atau family-nya ada darah Yogya,” ujar Dyana.

Bahkan menurutnya banyak juga yang bukan dari suku Jawa, juga ikut dalam komunitasnya. Dyana pun mendesain T-shirt khusus berwarna putih bergambar Tugu Yogya dan tulisan aksara Jawa. Di bagian lengan ada bendera Belanda, merah putih biru dan di sisi lainnya bendera Indonesia. Para peserta antusias mengenakan T- shirt itu sebagai dress code acara piknik bersama tahun ini.

Komunitas ‘Jogja Lovers Living in Holland’. (Foto: Olive D. Soepardi/JLH)

“Kebetulan anak saya study di Amsterdam jurusan design, jadi dia yang bikin designnya. Harganya hanya 20 euro aja,” kata Dyana.

Acara tersebut tidak diorganisir secara resmi. Persiapannya hanya memakan waktu dua bulan. ”Saya minta kawan dekat saya, seperti Mas Bambang, Olivia dan Vita untuk membantu saya membuat acara ini,” ujar Dyana.

Tujuannya supaya mempererat hubungan antar orang orang Indonesia terutama yang memiliki ikatan emosianal dengan Yogyakarta. Bukan berarti harus berasal Yogya. Banyak juga mereka yang bukan kelahiran Yogya, atau bukan suku Jawa, misalnya dari Maluku atau Sulawesi, tapi mereka memiliki ikatan emosional dengan Yogyakarta.

“Seperti mereka yang pernah tinggal di Jogya, atau pernah sekolah di Yogya, bahkan mereka yang bukan orang Yogya, tapi memilih Yogya sebagai tempat liburan favorit, semuanya bergabung di sini,” papar Dyana.

Adapun Vita mengaku bahwa yang paling berkesan dalam acara tersebut adalah kebersamaannya. “Seketika lupa ada jarak yang harus di tempuh untuk menuju ketempat ini. Banyak juga dari mereka yang sebelumnya tidak pernah ketemu, tapi bisa langsung akrab,” kata Vita.

Sedangkan buat Olivia yang berasal dari Magelang, dia merasa senang bisa menggunakan bahasa Jawa meskipun tinggal di Belanda. Buatnya, menyapa seseorang dengan tambahan kata Mbak, Mas, atau Bapak dan Ibu, adalah sesuatu yang istimewa. Sebagai orang Jawa, Olivia merasa tak enak hati jika memanggil nama saja, seperti layaknya di Belanda. “Sebagai orang Jawa, ngga bisa memanggil nama begitu saja. Itu bukan tradisi Jawa dan saya tidak bisa,” kata Olivia.

“Kalau ngga dalam acara seperti ini, kapan kita bisa ngomong (pakai bahasa) Jawa. Lagi pula di sini terasa unggah ungguh atau kesopanan khas Jawa-nya. Misalnya saat saya menutup mata para peserta lomba saya akan kulonuwun dulu, maaf ya mas atau mba, saya tutup matanya ya, gitu,” kata Olivia sambil tertawa.

Meski secara umum acara berlangsung lancar, namun ada insiden yang cukup membuat gusar. Yaitu makanan yang dipesan panitia ternyata tak sesuai dengan penawaran. Peserta juga kecewa dan sempat komplain ke panitia.

“Panitia sudah menyepakati menu nasi jenggo khas Bali, lengkap dengan ayam suwir, mi goreng, sambal goreng tempe. Namun ternyata orang tersebut menyediakan menu yang berbeda sama sekali,” kata Dyana.

Pihak panitia protes, para peserta marah dengan menu katering, yang datang terlambat sekitar tiga jam dan membawa hidangan yang tidak sama dengan saat penawaran. “Dia sudah minta maaf dan bersedia mengembalikan kompensasi sebesar 2 euro per peserta, masalah dianggap selesai. Biarlah itu menjadi pembelajaran buat kita semua. Supaya kedepannya bisa lebih baik lagi,” kata Dyana.

Dyana mengaku, untuk mempersiapkan acara, ia sudah mencicil atribut dan asesoris seperti kertas dengan warna bendera merah putih dalam ukuran kecil, bendera merah putih, hiasan dan logo Yogyakarta melalui Jastip.

“Saya minta tolong adik saya untuk membelikannya di Yogya lalu di kirim ke Belanda melalui jastip. Dan ini kan bisa dipakai untuk tahun depan. Seperti karung, tali dan lainnya,” kata Dyana.

Acara baru berakhir sekitar pukul 16.00. Banyak peserta yang menginginkan acara seperti ini dibuat lagi. Dyana berencana menggelar acara serupa saat ulang tahun Kota Yogyakarta pada Oktober nanti.

Bagi mereka yang tertarik, bisa juga bergabung di grup Facebook “Jogja Lovers Living in Holland”. “Di situ akan ada up date kegiatan,” pungkas Dyana.

Editor: Bune Laskar

Comments are closed.