Tiga Tahun Absen, Java Village Kembali Ramaikan Wereldfair Leiden

Pada tahun 2000 keduanya tergerak untuk membantu penduduk desa tempat mereka melakukan penelitian. Pada 2007 kegiatan bantuan diresmikan menjadi sebuah yayasan.

Fokusnya terutama ditujukan untuk membantu anak anak dan remaja yang rawan putus sekolah serta wanita yang terpaksa menjadi pencari nafkah keluarga.

Sebagian makanan yang dijajakan saat Wereldfair 2019 (Foto: Hans Kleijn)

Kecintaan Mies Grijns pada Tanah Sunda dan penduduknya sebetulnya sudah dimulai saat masih anak anak.

Ketika Mies masih bayi berusia 5 bulan, beliau dibawa orangtuanya ke Indonesia dan menetap di kota Bogor.

Di kota hujan tersebut, Mies bersekolah di Sekolah Dasar Satu Bakti bersama anak anak Indonesia lainnya. Hal mana membuat Mies fasih berbahasa Indonesia dengan logat Sunda.

Stand Yayasan Java Village laris manis diserbu pembeli pada Wereldfair 2019. (Foto: Hans Kleijn)

Pada usia 12 tahun Mies dikirim orangtuanya untuk meneruskan sekolah menengah di Belanda. Adapun bahasa Sunda berhasil dikuasainya ketika kembali ke tanah Priangan untuk melakukan penelitian dan tinggal bersama penduduk yang ditelitinya.

Sampai saat ini Yayasan Java Village telah berhasil membantu 130 anak anak untuk meneruskan sekolah mereka ke Sekolah Menengah Pertama di daerah Sukabumi.

Tahun ini Yayasan Java Village juga akan membantu beberapa anak untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Kejuruan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :