
Sebagai warga Indonesia yang hampir 10 tahun tinggal di Belanda, setelah menyaksikan film ini, penulis menjadi kangen dengan kampung halaman. Kangen mendengar bunyi-bunyian yang dulu terasa biasa saja dan tak ada istimewanya. Sebenarnya penulis masih ingin mendengar lebih banyak lagi bunyi-bunyian yang dulu hadir di sekeliling saya.
Teringat bunyi dentingan suara gelas yang dipukul tukang cendol dan es campur. Suara nyaring dari teriakan penjual sate di malam hari dan penjual roti di pagi hari. Suara penjual sayur keliling dan kentongan penjual mie tek tek. Dan tentu saja, suara ketel uap dari penjual kue putu.
Terbayang juga, bagaimana penjual tape singkong berteriak dengan suara lantang, “tapeeee!”, juga suara lengkingan tukang sol sepatu yang unik dan lucu. Tukang siomay, tukang buah, tukang jemuran, tukang jamu, penjual gorengan, dan yang lainnya.
Film ini diputar di Festival Fim Indonesia di Amsterdam, Belanda, pada 30 Mei lalu. Dan premier juga akan dilakukan pada 7 Mei 2022 di Tilburg, Belanda.
Penasaran? Buat anda yang tinggal di Indonesia, tunggu tanggal mainnya. Sedangkan buat anda yang tinggal di Belanda, masih ada kesempatan. Premiere 7 Mei 2022, pukul 13.30, di Pusat Budaya Mariengaarde, Burgemeester Damstraat 7, Tilburg. Harga tiket 5 euro