Penulis: Yuke Mayaratih
Kabarbelanda.com – Kerinduan warga Indonesia di Belanda untuk melaksanakan shalat Idul Fitri (shalat ied) berjamaah di masjid, akhirnya bisa terlaksana pada musim semi tahun ini, Senin (2/5/22). Pasalnya, tahun-tahun sebelumnya, shalat ied dilaksanakan “secara online”.

Di tengah cuaca udara cerah dengan suhu 17 derajat celsius, ribuan muslim di Amsterdam dan sekitarnya berbondong-bondong ke Masjid Al Ikhlash, masjid terbesar di kota itu.

Tapi mengingat banyaknya jamaah warga Indonesia yang hadir, panitia Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME) Masjid Al Ikhlash Amsterdam harus membagi jamaah salat Ied itu menjadi dua gelombang. Yaitu pukul 8 pagi dan pukul 9.25 waktu setempat. Masing-masing gelombang terdiri dari 1000-an jamaah.

Karena banyaknya jamaah, shalat ied tidak dilakukan di Masjid Al Ikhlas Amsterdam, tetapi di gedung pertemuan berkapasitas 1000 orang, yaitu Sky Palace Osdorp Amsterdam.

Jamaah gelombang kedua yang menunggu sejak pagi hari, tampak mulai tak sabar untuk memasuki ruangan. Namun tak ada sedikitpun terdengar keluhan dari jamaah, karena harus berdiri di luar gedung menunggu giliran masuk. Suasana penuh keakraban pun langsung terjalin.

Ibadah salat Ied dipimpin Ustad Tamamul Fikri, yang diundang khusus dari Yogyakarta. Sebulan penuh ia didaulat untuk mengisi ceramah Ramadhan di Belanda. Tema kotbah yang dibawakannya adalah pentingnya memberi sodakoh dalam kehidupan seorang muslim.

Selesai ibadah, panitia membagi-bagikan satu paket makanan kepada para jamaah. Isi paket itu, lontong sayur lengkap dengan lauk pauknya, serta aneka kue, seperti bolu pandan, lapis surabaya, pisang goreng, dan lainnya. Semua makanan itu merupakan sumbangan dari jamaah.

Usai menjalankan ibadah, mereka umumnya tak langsung pulang, melainkan menyantap lontong sayur. Mereka juga memanfaatkan momen seperti itu untuk bersilaturahmi.

Maklum warga yang datang saat itu, tidak saja dari kota Amsterdam dan sekitarnya, tapi juga dari kota-kota lainnya.
Tampak pasangan warga Indonesia yang bersuamikan warga Belanda juga ikut membaur dengan anggota jamaah lainnya.

Terlihat wajah gembira, tawa dan haru. Mereka merasa bersyukur karena tahun ini adalah kali pertama mereka bisa berkumpul kembali dalam jumlah besar, tanpa harus menggunakan masker dan jaga jarak.

Mereka yang tak bisa mudik lebaran ke Tanah Air, paling tidak bisa bertemu dengan teman dan atau sesama warga Indonesia, sambil bercengkama dalam bahasa Indonesia.
Editor: Tian Arief