Pasar Malam Indonesia di Eindhoven, Temu Kangen WNI di Tengah Pandemi

Penulis: Bambang Ponco

PANDEMI membuat hampir semua kegiatan acara hiburan terhenti. Begitu pula acara Pasar Malam Indonesia yang sering diadakan di beberapa kota di Belanda. Kebijakan di masa pandemi Covid yang terus berubah dari waktu ke waktu membuat penyelenggara acara tak mau ambil resiko. Padahal ini adalah salah satu ajang silaturahmi warga Indonesia di negeri yang pernah menginspirasi film “Negeri Van Oranje” ini.

Nah, pada saat pemerintah Belanda mengumumkan adanya pelonggaran atas kebijakan terkait pandemi Covid, beberapa event organizer mulai bergerak. Seperti Pasar Malam Indonesia yang diadakan di Eindhoven, Sabtu (30/10) lalu. Dengan semangat silaturahmi bersama Duta Besar RI untuk kerajaan Belanda Mayerfas dengan Diaspora Indonesia di Belanda.

Meski suhu udara cukup dingin dan gerimis, namun tak menyurutkan warga untuk hadir pada acara yang dimulai tepat pukul 13.00 waktu setempat. Sedikitnya 300 warga Indonesia dan beberapa warga Belanda memenuhi tempat acara.

Anak-anak pun tampak menikmati acara. Foto: Bambang Ponco

Nissye salah seorang pengunjung mengaku rasa rindunya untuk berkumpul dengan sesama warga Indonesia akhirnya terobati. “Senang sekali bisa kembali berjoget dan menikmati hiburan band dari panggung langsung semacam ini, rasanya sudah sangat lama sekali” kata Nissye kepada kabarbelanda.com.

Karena masih masa pandemi, ada beberapa protokol kesehatan yang wajib dilakukan. Baik penyelenggara maupun para pengunjung. Antara lain, ada pemeriksaan suhu badan sebelum memasuki ruangan. Pengunjung Juga wajib menunjukkan bukti vaksinasi. Sementara panitia wajib menyediakan hand sanitizer di pintu masuk.

Ketua Panitia Risna Wati Sikumbang mengatakan sebagai WNI yang tinggal di perantauan, kegiatan seperti ini pasti sangat ditunggu tunggu. “Antusiasme warga mendatangi acara karena kan memang sudah lama tak saling bertemu secara fisik. Warga tentu saja merindukan acara semacam ini,” kata Risna.

Ajang silaturahmi yang dikemas seperti acara pasar malam tersebut bertambah bobotnya dengan kehadiran KBRI Den Haag yang memberikan pelayanan warga, termasuk pelayanan konsuler dan keimigrasian.

Penyelenggara Vereniging (perkumpulan) BERGERAK bekerja sama dengan KBRI Den Haag merasa terpanggil untuk menggelar acara tersebut karena silaturahmi di antara WNI yang tinggal di Belanda terasa menjadi sebuah kebutuhan.

Seperti pada acara Pasar Malam Indonesia sebelumnya, selalu ada stand yang menjual makanan dan minuman khas Tanah Air, pentas seni, tarian dan lagu, serta acara joget bersama.

Dari semua hidangan, menu sate padang tampak yang paling diminati para pengunjung. Bahkan Dubes Mayerfas sangat menikmati hidangan sate padang Muti, yang memiliki restoran di Belanda.

“Makanan ini tambah enak ketika dinikmati bersama dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu,” kata Wiwik Trisnawati, salah seorang panitia, sambil mencicipi aneka kuliner khas Indonesia yang tersedia.

Dubes Mayerfas bersama para penari yang tampil dalam acara. Foto: Bambang Ponco

Para pengunjung juga menikmati Tarian Remo Bolet dari Jawa Timur yang dibawakan Deby Verheilst. Tarian yang menggambarkan semangat perjuangan Pangeran Trunojoyo tersebut kerap ditampilkan sebagai tarian pembuka acara.

Lalu disambung dengan tarian lain seperti Tari Cendrawasih, Jaipong Tanjung Baru dan Tari Emprak yang dibawakan dengan lemah gemulai oleh para penari yang tinggal di Belanda. Yaitu Hadiyatie, Michelle, Supiati Ngadelan dan anggota kelompok Peduli Seni Indonesia lainnya.

Selain makanan, ada juga stand yang menjual produk UMKM. Salah satunya Batik Soires. Beberapa koleksi kain dan baju batik serta perhiasan buatan pengrajin Indonesia dipamerkan di sini. Penjualnya tampak sibuk melayani pembeli.

Beberapa pengunjung juga tampak antri di stand Aroma teh yang diberikan secara gratis.

Grup musik The Rivers membawakan 12 lagi dengan irama gembira dan mengajak para pengunjung untuk ikut bergoyang bersama. Hampir semua pengunjung maju kedepan panggung dan bergoyang mengikuti irama.

“Kami senang diberi kesempatan menyemarakkan acara ini, bisa berkenalan dan menghibur saudara-saudara didaerah Selatan ini karena ini adalah kali pertama mentas di daerah Eindhoven,” kata Ajo Chudria, vokalis The Rivers.

Dubes Mayerfas beserta istri, Ibu Virna Mayerfas. Foto: Bambang Ponco

Sebagian besar pengunjung seperti terhipnotis bergoyang mengikuti setiap lagu yang memang sudah biasa dipentaskan di setiap acara seperti ini. Apalagi ketika lagu Gemu Famire dinyanyikan, spontan pengunjung langsung berdiri dan berjoget ria.

Sesuai dengan tema, di sela-sela pertunjukan tarian ada sessi talkshow. Yaitu tanya jawab antara pengunjung dengan Dubes Mayerfas. Setiap warga dipersilahkan mengajukan pertanyaan apa saja. Mulai dari soal hukum waris perkawinan campur yang rumit, kelanjutan dari dwi kewarganegaraan dan pelayanan keimigrasian.

Beberapa pertanyaan dijawab langsung oleh Dubes Mayerfas. Sedangkan pertanyaan yang bersifat teknis, akan dijelaskan atase yang berkaitan. Misalnya soal keimigrasian, akan dijelaskan oleh atase imigrasi.

Dalam kesempatan itu, Dubes Mayerfas sekaligus memperkenalkan atase dan pejabat fungsi dari KBRI yang akan melayani warga Indonesia di Belanda.

“Tak kenal maka tak sayang, silakan bapak ibu sekalian menghubungi beliau-beliau ini jika ada hal yang ingin ditanyakan langsung,” kata Dubes Mayerfas.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Acara sudah selesai. Semua pengunjung terlihat masih ingin meluapkan rasa rindu mereka. Tampak dari mereka wajah yang senang sepertinya enggan pulang. Entah kapan lagi mereka bisa datang ke acara seperti ini. Di tengah situasi pandemi yang tak pasti.

Editor: Yuke Mayaratih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :