Tarian ini dibawakan oleh 16 penari perempuan maupun laki-laki. Iringan tarian maengket adalah musik tambor atau tifa. Sebenarnya pesan dari tarian ini adalah ucapan syukur karena hasil panen yang melimpah. Tapi bisa juga untuk tarian menyambut tamu agung atau untuk perayaan hari besar. Yang unik dari tarian ini adalah dalam setiap gerakan tarian mengikuti lirik lagu dalam bahasa Minahasa dan irama tambor yang ditabuh.
Total jumlah penari, 16 orang, berpasangan laki-laki dan perempuan. Ada satu kapel dan dua penabuh tambor. Pelatihnya juga berasal dari jemaat GOKN, Berty Kaparang. Menurutnya, persiapan tarian ini hanya enam kali latihan.
Acara ibadah dimulai pukul 15.00 sampai dengan 17.00. Para penari maengket ikut mengiringi saat pemimpin ibadah Pater Hayon Klemens SVD memasuki altar. “Ini memang bagian dari adat Minahasa, Sulawesi Utara. Jadi untuk membuka jalannya ibadah, si pemimpin saat masuk ke ruangan, diantar sama beberapa penari,” jelas Melky sambil tersenyum.
Tampak dalam ruang ibadah, Wakil Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Freddy M. Panggabean dan istrinya. Bahkan keduanya hadir satu jam lebih awal dari waktu yang tercantum dalam undangan. “Memang Pak Wakil kami undang untuk memberikan kata sambutan dalam ibadah spesial kita hari ini. Tapi beliau datang satu jam lebih awal, karena katanya mau berkenalan sambil ngobrol sama jemaat. Padahal saat itu kita masih latihan tari, eh tau-tau Pak Freddy sudah datang, jadi agak grogi juga kita,” kata Onni Tuwaidan sambil tertawa. Onni adalah salah seorang penatua GOKN.
Sementara itu, Roos Aldeers, salah seorang jemaat yang tinggal di Almere, mengaku sangat terkesan dengan tarian maengket. “Ado e itu de pe tarian pebagus doe, depe gerakan deng musik pokoknya bagus sekali. (aduh tarian itu bagus sekali. Gerakan dan musiknya juga bagus, Red.),” katanya dalam bahasa Minahasa.