Doyan Masakan Indonesia, Warga Belanda Antusias Belajar Masak

Lebih dari 10 jenis masakan hasil workshop. (Dok Pribadi/Rick Rivai)

Pada 2020, workshop tidak diadakan karena pandemi. Baru tahun ini workshop kembali digelar. Itu juga karena ada pelonggaran kebijakan pemerintah terkait COVID-19. Peserta tahun ini lebih banyak lagi, total ada 38 orang. Sedangkan peserta workshop 10 orang. Sementara yang lainnya tamu undangan yang akan mencicipi masakan hasil peserta workshop.

Peserta workshop serius tapi santai. (Dok Pribadi/Rick Rivai)

Beberapa dari mereka ada yang sudah sering ikutan workshop masak, tapi ada juga peserta yang baru pertama kali ikut. Lokasi kegiatan masih di tempat yang sama, yaitu Dorphuis, di gedung atau rumah yang sering digunakan penduduk sekitar untuk berbagai aktivitas, dengan biaya sewa sangat murah. Hanya 70 euro per kegiatan.

Antusias belajar masak bersama. (Dok Pribadi/Rick Rivai)

Setiap orang dibagi dalam kelompok. Masing-masing terdiri dari tiga orang dengan resep yang berbeda. Misalnya, satu kelompok masak nasi goreng dan mie goreng, lalu kelompok lain masak sambel goreng kentan, sambel goreng buncis, telur balado, sate madura, sayur lodeh, dan seterusnya.

Acara yang ditunggu-tunggu: santap bersama. (Dok Pribadi/Rick Rivai)

Beberapa hari sebelum workshop, para peserta melakukan pertemuan. Mereka dibagi kelompok dan resep yang akan dibuat. Kemudian masing-masing kelompok itu secara patungan belanja bahan sesuai resep. Setelah itu bahan bahan tadi diracik, dipotong-potong, lalu disimpan di dapur Dorphuis yang cukup luas.

Suasana makan bersama workshop masak menu Indonesia 2019. (Dok Pribadi/Rick Rivai)

Keesokan harinya, acara dimulai pukul jam 14.00 sambil membawa bahan-bahan yang sudah disiapkan sebelumnya. Jadi langkah selanjutnya tinggal meracik bumbu dan memasak. Proses memasak selama 4 jam, termasuk masak nasi putih, diakhiri dengan makan malam bersama.

Suasana masak bersama itu sangat menyenangkan. Mereka serius memasak, tapi dalam suasana santai dan sesekali bergurau. Saat masakan hampir selesai, para tamu undangan sudah berdatangan. Sambil menunggu, seperti biasa Rick menyediakan kudapan khas Indonesia, seperti klepon.

Orang-orang Belanda mengaku penasaran dengan kue klepon. Kue yang menurut mereka rasanya enak itu, bisa terdapat gula cair di dalamnya. Bagaimana bisa? Bagaimana cara memasukkan gula merahnya? Nah, rasa keingintahuan inilah yang akhirnya membuat Rick mengundang mereka untuk mengikuti workshop tahun berikutnya. Tentunya salah satu menunya adalah membuat kue klepon.

Setelah masakan matang, para tamu dipersilakan mencicipi masakan hasil workshop. Acara makan bersama terasa sangat akrab dan menyenangkan. Soalnya, para tamu undangan yang ikut makan memberi komentar dan juga pujian atas masakan yang dibuat peserta. Tentu sambil diselingi canda dan tawa.

Rick mengaku tidak mendapat bayaran dalam acara workshop masak memasak masakan khas Indonesia itu. Para peserta diminta untuk membeli sendiri bahan baku masakannya. Setiap peserta rata-rata merogoh kocek sebesar 38 euro, tergantung dari bahan masakan yang akan dibeli. Sedangkan tamu yang datang hanya untuk makan tidak ditetapkan berapa harga yang harus mereka bayar untuk makanannya, melainkan sukarela.

Nah uang itulah yang diberikan peserta untuk Rick sebagai ucapan terima kasih. Dari uang itu, Rick mendonasikannya sebagian untuk kegiatan Taman Baca di Jakarta dan untuk Yayasan Solina di Belanda.

Jika situasi pandemi ini membaik, Rick dan tetangganya berencana membuat acara ini sebagai tradisi tahunan di desa Rheden. “Inginnya ke depan nanti bikin lebih serius lagi. Dengan begitu, semakin banyak warga Belanda yang mengenal masakan Indonesia, dan bahkan mulai belajar masak,” kata Rick menutup pembicaraan.

Editor: Tian Arief