Kabarbelanda.com, Berlin – Tak lama setelah kegiatan uji rasa kopi yang digelar pada bulan Februari 2021 lalu, kini biji kopi Indonesia mulai diekspor secara massal ke Jerman.
Pasalnya, pada Maret ini sekitar 1,5 ton biji kopi Boyolali-Merbabu, Toraja dan Flores-Bajawa akan dikirim langsung dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Hamburg di Jerman.
Pelepasan perdana ekspor ketiga jenis kopi secara resmi dilakukan pada 4 Maret 2021.
Hadir dalam acara ini wakil dari KBRI Berlin, KJRI Hamburg, MyBali Coffee, Tim Percepatan Pemulihan Ekonomi Kemlu RI dan sejumlah UKM produsen kopi nasional.
Kopi Indonesia selama ini mendapat tempat di hati para penikmat specialty coffee di Jerman.

Bagi mereka kopi Indonesia memiiliki aroma dan rasa yang khas. Ekspor kopi Indonesia kali ini akan menambah varian kopi Indonesia di pasar Jerman yang sudah akrab dengan aroma kopi seperti Lintong, Gayo, Mandailing dan Luwak.
“Konsumsi kopi orang Jerman adalah tertinggi di Eropa dengan 166 liter per orang setiap tahunnya,” kata Konsul Jenderal RI di Hamburg, Ardian Wicaksono.
“Dalam setiap kegiatan promosi kopi, selain mengenai rasa dan aroma khas, kita selalu menyematkan cerita mengenai petani kopi di Indonesia, kesejahteraan mereka, alam dan sustainability. Melalui kerja sama ini kita juga akan memastikan kualitas mutu dan jaminan jumlah pasokan,” lanjutnya.

Peningkatan dan diversikasi varian biji kopi Indonesia ke Jerman tercapai melalui pola kemitraan yang baik antara pemerintah dan swasta. Dalam hal ini, KBRI Berlin dan KJRI Hamburg aktif berkoordinasi dengan pihak MyBali Coffee, salah satu perusahaan kopi di Jerman.
Tak hanya itu, kemitraan juga dijalin dengan KOPIRA (Koperasi Produsen Kopi Rakyat Indonesia) dan House of Coffee Barista ID serta beberapa kementerian terkait di Indonesia.
Jerman merupakan importir biji kopi terbesar di Eropa. Jumlahnya mencapai sekitar 1,1 juta ton per tahun. Meski demikian, secara volume kopi Indonesia masih menduduki peringkat ke-9 hanya 1,78% dari pasar kopi Jerman.
“Kita masih kalah dengan kopi dari Brazil, Vietnam dan Kolombia karena dua hal. Yaitu produsen kopi Indonesia belum paham selera kopi orang Eropa sehingga mengekspor kopi yang hanya dianggap enak secara lokal,” kata Duta Besar RI di Berlin, Arif Havas Oegroseno.
“Kedua, akses masuk puluhan ribu ton kopi Indonesia ke pasar Eropa selama ini dikuasai oleh para pengepul di Belanda dengan jalur distribusi yang bisa menggelembungkan harga.”
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ini adalah melalui kegiatan cupping dan tasting jenis-jenis kopi yang populer di pasar Jerman dan membandingkannya dengan cita rasa kopi Indonesia.
KBRI Berlin pada tahun lalu mengirimkan sampel biji kopi hasil olahan para coffee roaster Jerman ke Indonesia untuk dicicipi para ahli kopi nasional agar dapat mengetahui cita rasa kopi yang disukai konsumen Jerman.
Ekspor kopi langsung ke Pelabuhan Hamburg kali ini juga dilakukan untuk memangkas jalur distribusi yang umumnya terpusat di Belanda.
“Ekspor 1,5 ton ini adalah langkah awal penetrasi agresif kopi Indonesia ke pasar Jerman. Saya targetkan kedepannya kita bisa ekspor 60 ribu ton kopi langsung ke Jerman,” pungkas Dubes Oegroseno.
Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar, yang juga hadir pada kegiatan virtual ini menyampaikan apresiasi atas upaya promosi kopi yang proaktif, intensif dan membumi yang dilakukan KBRI Berlin dan KJRI Hamburg.
Upaya ini membuka jalan bagi petani kopi nasional untuk mampu menembus pasar Eropa terutama melalui Jerman.
Kopi adalah komoditi ekspor nasional terbesar ke-4 setelah sawit, karet dan kakao. Terdapat 1,25 juta hektar perkebunan kopi di Indonesia dan 96,9% dimiliki dan dikelola oleh petani kecil.
Menurut data International Coffee Organization, Indonesia menempati urutan ke-4 produsen dan eksportir kopi terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia.
(Sumber: KBRI Berlin)