Banyak dari pekerja, pemagang ketika sudah di Jepang, menjadi stress bukan hanya karena uang melainkan kondisi pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang di harapkan dan bahkan sangat berbeda dengan apa yang di janjikan oleh LPK, SO atau broker di Indonesia.
Yang perlu menjadi catatan penting, mereka yang ke Jepang bekerja sebagai pemagang atau pekerja umumnya adalah mereka yang banyak berasal keluarga yang tidak mampu, tinggal dari daerah, dan hidup di lingkungan yang kurang pengetahuan dan informasi, sehingga mudah di tipu bahkan sampai di peras sehingga harus menjual aset keluarga.
Berdasarkan informasi dari KBRI Tokyo dan instansi berkaitan dengan tenaga kerja di Jepang, karena ekosistem yang tidak baik tersebutlah , merupakan salah satu faktor besar pekerja, pemagang yang kabur lalu menjadi pekerja ilegal.
Bahkan tidak sedikit dari pemagang atau pekerja yang bunuh diri di dalam kamar atau di tempat kerja dan hal ini tidak di ekspos oleh media karena berurusan dengan properti dan image perusahaan.
Peristiwa pada 15 Juli lalu dan apa yang dilakukan RH , saya dan banyak rekan -rekan meyakini bahwa hal ini dikarekan faktor ekosistem yang tidak baik.
Banyaknya “mafia “ di sektor ketenaga kerjaan, baik di Indonesia maupun di Jepang, Mereka yang seharusnya bisa bekerja dengan baik di Jepang, belajar banyak tentang Jepang dan budayanya, menjadi sangat gusar, sangat kuatir dengan keadaan keluarga yang di tinggalkannya di Indonesia akibat keberadaan para ‘mafia’ tersebut. Bahkan ketika kita bertanya , banyak dari mereka mempunyai ketidakpastian akan masa depannya akan seperti apa.
Walaupun demikian, menurut penulis apa yang di lakukan RH sudah di luar adab dan norma hidup, apalagi kita yang dilahirkan dan besar di lingkungan yang mempunyai nilai luhur sebagai orang Indonesia.
Maka dari itu sudah seharus RH menjalani hukuman yang setimpal dan juga demikian dengan Kumiai yang bersangkutan bersama pihak pengirim RH harus bertanggung jawab akan hal ini.
Fukuoka, 18 Juli 2024