Ada Nyi Roro Kidul yang Menyenangkan di Pameran Verwevenheid

Belanda dipilih menjadi tempat pameran, berawal dari kontak Savitri Sasongko, salah satu partisipan pameran ini dengan Ibu Anita,  istri Atase Pertahanan KBRI Den Haag dan Ibu Yati Setiabudi,  istri Atase Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat kegiatan lokakarya cetak batik dengan teknik jelami. Gagasan ini kemudian berkembang menjadi pameran dengan lingkup dan partisipan yang lebih luas. 

Dalam perjalanannya, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Agus Setiabudi mendukung kegiatan tersebut menjadi bagian dari kegiatan akademik dan juga promosi kekuatan budaya Indonesia melalui seni tekstil kontemporer.

Belanda tentu menjadi penting dan strategis karena memiliki kedekatan historis dengan Indonesia. Mengingat juga banyak koleksi seni tekstil yang disimpan di museum-museum di Belanda. Secara imajinatif, pameran seni tekstil kontemporer ini akan beresonansi dengan identitas Indonesia masa lalu.

Meskipun terkendala masalah  logistik dan tenaga teknis di lapangan karena cukup mahal di Belanda, selain itu  perbedaan waktu Indonesia-Belanda dengan kesibukan pekerjaan dan aktivitas masing-masing panitia, partisipan/seniman, pameran berhasil diselenggarakan. 

Diharapkan program pameran seni rupa kontemporer seperti ini menjadi agenda rutin yang difasilitasi oleh KBRI-Den Haag untuk memperlihatkan bahwa seni rupa Indonesia sudah sangat maju dan telah jauh berkembang. Lebih jauh, ada harapan pameran tersebut dapat melahirkan kolaborasi dan program baru ke depan dengan pertemuan/ persilangan seniman, partisipan, publik, institusi/organisasi di Belanda melalui seni rupa, pendidikan dan kebudayaan.

Editor: Natalia Santi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :