Semua karya menampilkan kekuatan seni tekstil kontemporer yang inspiratif. Seperti yang disampaikan di awal, karya Nuning Damayanti, yang memperlihatkan wastra yang menghubungkan “tradisi” dan “kemodernan.” Ide karya Nuning adalah menafsirkan kembali figur Nyi Roro Kidul sebagai figur yang berbeda dengan gambaran yang selama ini terkonstruksi di masyarakat Indonesia. Sosok Nyi Roro Kidul kini hadir dalam kesan seperti peri yang menyenangkan dibandingkan dengan kesan magis dan supranatural sebelumnya.
Adapun Savitri Sasongko, karyanya memperlihatkan hasil eksperimen dan eksplorasi dengan Puspa Melati dengan Teknik yang dia beri nama Jelami atau Jejak Alami. Teknik ini adalah pencetakan bunga melati di atas kain sutera. Jejak yang ditinggalkan bentuk bunga tersebut menciptakan bentuk dan nuansa estetik yang khas dengan karakter bunga melati yang kuat.
Sedangkan Sabine Bolk, membuat “batik kontemporer.” , Sabine menggambarkan dirinya dirinya sendiri sebagai figur dengan sosok bertangan empat, seperti halnya gambaran Dewi Saraswati yang memiliki empat lengan, masing-masing melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: pikiran, intelektual, mawas diri, dan ego.
Pada karya batik Sabine Bolk, perempuan di situ, Sabine sendiri, diperlihatkan sedang mengerjakan empat pekerjaan sekaligus: memotret, mengetik, membaca, mencanting. Jukstaposisi antara simbolis klasik seperti Dewi Saraswati dan karakter Sabine mewakilkan wanita modern membuat resonansi antara masa lalu dan masa kini menjadi hal yang selalu aktual.
Pameran “Verwevenheid, Textile Diversity in Contemporary Art” difasilitasi KBRI Den Haag dengan pendanaan swadaya melibatkan beberapa orang dalam kepanitiaan. Antara lain, Ketua delegasi Nuning Damayanti sebagai dosen dan supervisor dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, dibantu oleh Ayoeningsih Dyah Woelandhary, Victor MI. Mambraku, Dian Widiawati, dan Savitri Sasongko, lalu kurator pameran ada dua orang: Aminudin TH Siregar dan Herra Pahlasari, merangkap program koordinator, Dari pihak KBRI adalah Agus Setiabudi – Atase Pendidikan dan Kebudayaan, yang sejak awal mendukung rencana kegiatan ini menimbang adanya unsur Pendidikan dan kebudayaan di dalamnya.