Berlatih Aikido di usia dewasa dan tidak memiliki dasar latihan bela diri sama sekali ternyata seru sekali. Di awal-awal latihan, saya merasakan badan saya sakit, apalagi jika berlatih berbagai teknik yang mengharuskan untuk jatuh dan bangun berkali-kali.
Bayangkan, terakhir kali saya melakukan backward and forward roll adalah ketika saya masih duduk di sekolah dasar. Dan sekarang saya harus mempelajarinya lagi selang sekian puluh tahun kemudian.
Belum lagi, saya perlu juga mempelajari tata krama ala Jepang seperti berjalan dengan lutut (shikko), yang membuat lutut saya sempat memar setelah mempraktikkannya.
Untungnya, sebagai orang Indonesia yang terbiasa duduk bersila dan berjongkok, membuat tubuh saya cukup lentur dibandingkan dengan teman-teman non-Asia lainnya. Selain berlatih teknik di dojo, kami juga sering berlatih di taman, apalagi jika cuaca sedang panas.
Di taman, kami banyak berlatih dengan bokken (pedang kayu) dan tanto (pisau kayu). Di situ kami juga mempraktikkan bagaimana menyerang dan menangkis serangan dengan benar.
Latihan semakin menyenangkan karena saya memiliki banyak teman berlatih dengan berbagai latar belakang kewarganegaraan, profesi dan usia. Kami sangat mendukung satu dan lainnya. Rasanya tidak malu untuk melakukan kesalahan. Bahkan saat gagal mempraktikkan teknik-teknik tertentu sekalipun.