Inovasi dalam Kearifan Lokal (1)


Penulis:  A. Zulfan

Kabarbelanda.com – Di abad modern ini beredar ratusan bahkan ribuan obat-obatan farmasi yang dibuat dari berbagai bahan-bahan kimia. Obat-obatan farmasi ini dipandang banyak orang lebih praktis, mudah didapatkan, dan punya daya sembuh yang cepat.

Tidak sedikit orang beranggapan bahwa obat-obatan farmasi jauh lebih ampuh dibanding obat-obatan tradisional. Padahal selain berfungsi sebagai penyembuh atau sekedar pereda rasa sakit, obat-obatan farmasi itu rata-rata memiliki efek samping yang bisa membahayakan manusianya bila tidak tepat dalam penggunaannya.

Indonesia memiliki kearifan lokal tersendiri dalam tradisi pengobatan. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki ramuan obat-obatan tradisional. Obat-obatan tradisional itu sendiri merupakan obat-obatan yang pengetahuannya diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena terbuat dari bahan-bahan alami, obat-obatan tradisional memiliki efek samping yang sangat rendah dibanding obat-obatan farmasi.

Obat-obatan tradisional dibuat berdasarkan resep nenek moyang, berhubungan dengan adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat setempat. Dengan kata lain, keyakinan masyarakat akan pengobatan tradisional didasarkan pada pengalaman empiris. Masyarakatnya mempercayai keampuhan suatu obat tradisional karena kemujarabannya yang telah terbukti dalam menyembuhkan suatu penyakit.

Salah satu kearifan lokal yang saat ini semakin luas mendapat kepercayaan dari masyarakat adalah minyak Kutus-Kutus.

Kutus-Kutus merupakan brand lokal asli yang berawal dari Desa Bona, sebuah desa kecil di Kabupaten Gianjar, Bali. Perusahaan minyak herbal ini berdiri sejak 2013.

Kastil Baambrugge, kantor Kutus-Kutus Group International BV di Nederland. (Foto: Istimewa)

Asal Muasal Minyak Kutus-Kutus

Pada mulanya Kutus-Kutus dibuat tidak untuk usaha,” kata Bambang Pranoto menjelaskan saat memperkenalkan logo baru Kutus-Kutus akhir Juni lalu di Kastil Baambrugge Nederland.

Minyak obat itu ditemukannya pada 2011 ketika ia menderita lumpuh di kaki hingga sulit untuk berjalan. Peristiwa itu terjadi di Bali ketika ia bekerja di ladang. Berbagai upaya penyembuhan telah dilakukannya. Antara lain pergi ke dokter dan mencoba berbagai obat-obatan farmasi. Tetapi itu tidak menjadikannya semakin sembuh. Malah hampir mencelakakan dirinya sendiri sebab tidak tepat dalam memanfaatkan obat-obatan.

Penderitaannya itu tidak membuatnya putus asa. Setelah bermeditasi, ia kemudian memperoleh ilham untuk menyembuhkan diri sendiri melalui kearifan lokal. Setelah mempelajari berbagai khasiat tanaman herbal, ia membuat sebuah ramuan untuk penyembuh kelumpuhan yang dideritanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :