Film ini menjadi menarik karena adanya beban psikologis yang diceritakan secara gamblang terutama pada sosok Hanna, latar belakang peristiwa demo mahasiswa 1998 dan romantisme Kota Leiden dan Bandung.
“Yang membuat saya tertarik dalam pengerjaan film ini adalah tema tentang bagaimana anak muda berani bicara alias speak up,” kata Agung Sentausa dengan wajah serius.
“Contohnya seperti masalah perundungan ini, yang terkadang bisa membuat korban itu menjadi kuat dan berani, namun sejalan dengan dinamika kehidupan yang terjadi malah terkadang hasil akhirnya tidak selalu sejalan dengan keinginan kita.”
Sebanyak 20 kru film terpaksa menahan suhu udara musim dingin Belanda. Berbekal jaket super tebal, syal, sarung tangan dan beberapa mengenakan tutup kepala seperti topi kupluk. Syuting berlangsung selama 8 hari. Dan selama itu pula mereka menginap di salah satu bungalow di kawasan Nordwijk. Nah, untuk menghangatkan badan disela sela syuting di luar ruangan, mereka memasang tenda khusus di depan bungalow.
Tampak beberapa termos air panas untuk membuat minuman panas seperti teh dan kopi. Tampak beberapa kru juga menikmati biskuit, keripik kentang juga permen hopjes, di saat break atau menunggu giliran scene selanjutnya.