Anak-anak makin antusias. Apalagi pelatihnya mengenakan pakaian tradisional dengan warna yang menarik.
Jenis tarian bermacam-macam, ada tarian papua. Pakaian dan asesoris khas Papua yang unik menarik minat anak-anak. Ditambah gerakan ritmis mengikuti pukulan tifa papua.
Belajar berkreasi
Di acara ini, anak-anak bisa berkreasi membuat tifa dengan bahan barang bekas, seperti plastik bekas minuman yoghurt yang dilubangi dan ditutup kertas minyak. Saat ditabuh, bisa mengeluarkan bunyi-bunyian.
Kegiatan lainnya, mewarnai gambar dengan ciri khas Indonesia, seperti gambar Tugu Monas, Burung Garuda dan lainnya.
Ada juga demo membuat cokelat, pemutaran film Semesta dan melukis wajah dengan tema binatang, seperti kucing, kelinci, yang dalam istilah Belanda disebut schminken.
Pada stand photobooth anak-anak bebas memilik baju adat sesuai dengan keinginan mereka, lalu diabadikan.
Panitia meminjamkan baju daerah Nusantara untuk keperluan pemotretan di tempat itu.
Anak-anak tampak antusias mengenakan baju adat Sumatera Utara dan Sumatera Barat/Minangkabau.
Ada juga baju adat Jawa lengkap dengan blangkon dan keris asesoris. Baju adat Bali dan Papua juga tersedia.
Yang lucu, seorang pengunjung menanyakan harga baju adat Minang yang dipakai anak-anak, namun panitia menjelaskan kalau baju adat daerah Nusantara itu hanya untuk dipinjamkan, tidak dijual.
“Mungkin karena baju dari Sumatera itu banyak pernak pernik dan warnanya menyala, jadi anak- anak tertarik,” kata Ade Sinaga, salah seorang penggagas acara Cultuurtuin.