Tanpa Masker dan Prokes, Upacara HUT RI ke 77 di Belanda Dihadiri Ratusan Warga Indonesia

Penulis: Jacqueline Vandayantie

Wassennar –  Hujan yang mengguyur negeri kincir angin sejak pagi ternyata tidak menyurutkan semangat warga Indonesia untuk menghadiri upacara kemerdekaan Republik Indonesia ke 77. Bahkan, mereka datang berduyun duyun satu jam sebelum acara dimulai. Tamu undangan rata rata mengenakan pakaian daerah atau batik dan yang perempuan kebanyakan berkebaya. Maklum ini adalah kali pertama perayaan detik detik proklamasi pertama sejak pandemi yang diadakan secara terbuka. Berlokasi di halaman sekolah Indonesia Den Haag ( SIDH) yang terletak di Wassenaar Belanda.

Warga Indonesia antusias mengikuti Upacara HUT Kemerdekaan RI di Wassennar Belanda dengan berpakaian adat daerah. (Foto : Jacqueline Vandayantie)

Tak kurang dari 500 tamu undangan yang hadir. Termasuk pegawai KBRI, murid sekolah SIDH dan petugas keamanan. Suasana upacara dengan tema pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Menurut  Duta Besar untuk kerajaan Belanda, Mayerfas tantangan yang dihadapi kali ini adalah memberlakukan pembatasan tamu undangan ke acara ini. ” Tentu banyak sekali warga yang ingin datang ke sini, ya. Tapi dengan pertimbangan kesehatan dan keselamatan bersama, terpaksa kami batasi hanya 500 warga saja yang bisa hadir di sini. Populasi warga Indonesia di Belanda sekitar 1,7 juta jiwa atau mencapai 10 persen dari total populasi Belanda. Tentu saja tidak mungkin semuanya bisa hadir,” kata Mayerfas kepada kabarbelanda.com, usai upacara.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, Mayerfas dan istri. Mengajak semua perempuan warga Indonesia yang ada di Belanda untuk mengenakan pakaian kebaya saat hari kemerdekaan RI. ( Foto : Jacqueline Vandayantie)

Komandan upacara dipimpin kolonel penerbang  Arie Sulanjana dan bertindak sebagai pemimpin upacara adalah Duta Besar Republik Indonesia Mayerfas. Sementara 23 anggota pasukan pengibar bendera ( Paskibra)  terdiri atas murid SIDH. Upacara Bendera dimulai tepat pukul 10 pagi waktu setempat dan berlangsung dengan penuh khidmat. Padahal pada pertengahan upacara, hujan makin lebat. Akibatnya, semua orang yang bertugas dan berada di tengah lapangan seperti komandan dan pemimpin upacara serta pasukan paskibra dan juga para wartawan yang meliput jalannya upacara basah kuyub.

Anggota Paskibra basah kuyub saat mengibarkan Bendera merah putih ( Foto: Jacqueline Vandayantie)

Hujan baru berhenti tepat pukul 12.30 waktu setempat, saat upacara pengibaran bendera selesai. Acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan Duta Besar Mayerfas bersama istri dan Wakil Duta Besar Freddy Panggabean yang juga didampingi sang istri.

Pemotongan nasi tumpeng usai upacara, adalah tradisi yang dilakukan setiap tahun. ( Foto : Jacqueline Vandayantie)

Sebagai penutup, panitia menggelar panggung hiburan. Antara lain tarian daerah, menyanyi bersama dan tentu saja santap siang. Warga tampak senang karena selain bisa bertemu satu sama lain, warga juga saling menyapa dan berbagi cerita. Tampak beberapa keluarga, pasangan suami istri yang menggunakan baju daerah sibuk melakukan selfi di depan panggung dengan latar belakang tema dan tulisan Dirgahayu Republik Indonesia ke 77.

Tamu undangan juga tampak rela antri panjang saat mengambil makanan. Maklum di bawah tenda putih tersedia aneka jenis makanan khas nusantara seperti  nasi rames, nasi kebuli, pempek, mie bakso juga berbagai penganan atau jajanan pasar serta aneka es dan buah – buahan.

Aditya dan Indri, Mahasiswa yanng baru pertama kali mengikuti perayaan HUT RI di Den Haag. Rela bangun pagi dengan kendaraan umum. ( Foto : Jacqueline Vandayantie)

Di tengah antrian makanan, ada dua pelajar yang tergabung dalam PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) yang juga senang bisa mengikuti upacara tujuhbelasan di Belanda. Yaitu Indri mahasiswi Magister Hukum dari Universitas Maastricht dan Aditya mahasiswa Magister Hukum dari Universitas Leiden. Keduanya mengaku baru pertama kali datang dan ikut merayakan hari kemerdekaan di Belanda. “Kami rela bangun lebih pagi dan betul betul mempersiapkan diri untuk bisa datang ke Wassennar. Kita datang dengan menggunakan kendaraan umum. Yaitu kereta api dan dilanjutkan dengan bus” kata Aditya dan Indri sambil tersenyum.

Erry Chariyah salah satu warga Indonesia yang tinggal di kota Amstelveen juga senang bisa mengikuti jalannya upacara bendera tahun ini. Ia bahkan sengaja mengajukan cuti dari tempat kerjanya. Erry mengaku sangat terharu ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya pada saat pengibaran bendera merah putih. ” Saat menyanyikan lagu ini, saya teringat dan membayangkan masa-masa saat sekolah di Indonesia dan mengikuti upacara bendera zaman dulu. Di samping juga mengingat keluarga yang saat ini berada di Indonesia, katanya dengan mata berkaca kaca menahan tangis.

Erry, warga Indonesia, mengambil cuti khusus untuk menghadiri upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Wassennar ( Foto : Jaqueline Vandayantie)

Warga Indonesia lain, Debby yang sudah 18 tahun tinggal di Belanda. Ia mengaku selalu meluangkan waktu untuk datang setiap tahun ke acara ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang diadakan KBRI Den Haag. Debby adalah ketua Yayasan Peduli Seni Indonesia yang aktif dalam kegiatan seni budaya Indonesia di Belanda.

Sementara Mathilda Panggabean juga tampak gembira berada di tengah tengah warga Indonesia lainnya di acara ini. Remaja yang gemar menjahit dan bercita – cita ingin menjadi designer ini mengatakan sangat senang bisa menyaksikan pengibaran bendera merah putih di Belanda. “Saya sangat antusias bisa ada di sini, katanya sambil tertawa senang.

Debby dan Mathilda, Bangga dan antusias bisa hadir di SIDH untuk mengikuti upacara Kemerdekaan RI. ( Foto : Jacqueline Vandayantie)

Tak disangka, di antara tamu undangan ada dua orang yang kebetulan sedang berlibur di Belanda selama 2 pekan. Yaitu Martha dan Elizabeth. Keduanya berasal dari Jogyakarta dan aktif dalam  organisasi Perempuan Berkebaya Indonesia yang berbasis di Jogyakarta. Selama di Belanda, mereka tinggal di Roterdam. Karena bertepatan dengan hari kemerdekaan RI mereka pun sengaja datang ke acara ini dengan menggunakan kereta api dan bus. Menurut mereka, masyarakat Indonesia di Belanda sangat ramah. ” Kami merasa senang karena bisa bertemu dengan saudara setanah air di sini dan mereka ramah ramah. dan saya merasa terharu saat menyaksikan langsung upacara kenaikan bendera merah putih. saya berharap suatu saat bisa kembali lagi mengunjungi Belanda, kata Martha dan Elizabeth.

Acara kemudian ditutup dengan acara budaya yang menampilkan tari – tarian dan nyanyian Nusantara diiringi musik tradisional. Antara lain angklung yang dibawakan warga Indonesia yang tinggal di Belanda dari berbagai organisasi seni.

Setelah santap siang bersama diselingi silaturahmi dan hiburan, tamu undangan berangsur angsur meninggalkan lapangan upacara hingga pukul 14.30 sore. ( Jacqueline Vandayantie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :