Penulis: Anastasia S.
Kabarbelanda.com – Siapa yang menyangka kalau hobi menulis yang lama terpendam bisa membuatku duduk dengan Bapak Duta Besar. Sebagai penulis di sebuah media online tentang Belanda, aku bisa berbincang santai dengan Dubes RI untuk Kerajaan Belanda.
Hobiku itu tersalurkan saat aku nekat menulis beberapa artikel di situs Kabarbelanda.com (KBC). Awalnya aku diajak pemimpin redaksinya, yang baru kukenal melalui Facebook.
Sebagai kontributor, selama 1 tahun lebih kami saling kontak lewat secara online dan sesekali menelepon atau chat lewat Whatsapp.

Akhirnya suatu hari aku menerima ajakan pemred tersebut untuk bertemu di Amsterdam, sekaligus berkenalan dengan beberapa kontributor lainnya.
Cuaca di Belanda yang berangin, hujan, dan berubah-ubah itu membuat janji pertemuan pertama gagal. Saat kondisi badan yang kurang fit, karena belum bisa beradaptasi dengan cuaca Belanda, aku sempat ragu untuk hadir di pertemuan kedua.
Keraguanku bertambah karena tempat pertemuannya di sebuah restoran mahal, yang aku sendiri belum pernah masuk ke sana.

Namun, semua keraguan itu akhirnya ditepis berkat dukungan dari suami. Kondisi badanku sudah sedikit lebih fit, dan cuaca yang mendukung. Ditambah rasa penasaran dengan kejutan dijanjikan pengundang.
Rasa penasaran itu terus menggangguku sepanjang perjalanan naik bus dan kereta menuju Amsterdam, sepulang kerja. Di perjalanan, aku menerima beberapa pesan tentang perubahan tempat pertemuan.
Setibanya di Stasiun Amsterdam Centraal, aku bertemu dengan seorang teman yang sudah menunggu di luar stasiun. Kami pun berjalan menuju kafe yang disebutkan.

Di kafe itu, kami melihat dua perempuan Indonesia sedang duduk sambil menikmati kopi. Salah satunya sudah tidak asing bagiku, meskipun ini pertemuan pertama kami. Ia adalah Pemimpin Redaksi KBC, Mbak Yuke Mayaratih.
Sedang asyik-asyiknya mengobrol, datanglah seseorang dari arah belakang. Katanya, “inilah kejutannya!”
Seandainya ada yang memfoto wajah-wajah kami, tentu akan terlihat jelas bagaimana terperangahnya kami, bengong, tak bisa berkata-kata.
Hingga akhirnya beliau sendirilah yang mencairkan suasana dengan mengajak bersalaman, mengambil kursi, dan duduk bersama kami.
Beliau adalah Bapak Duta Besar Mayerfas, “Bapak seluruh warga Indonesia di Belanda”.