Freddy, yang hadir dalam acara pembukaan terbatas di Rijksmuseum menambahkan, banyak hal seputar kejadian antara tahun 1945-1949, yang selama ini tidak kita ketahui lewat buku sejarah, ditampilkan di pameran ini.
Peran seniman, jurnalis, dan karya mereka terkait kejadian tahun 1945-1949 juga ditampilkan dalam pameran tersebut. “Ini yang nggak banyak diketahui orang,” komentar Freddy.
Sebulan sebelum pameran dibuka, bergulir isu hangat di media-media Belanda, yang memuat tulisan Bonnie Triyana di koran NRC, berisi penolakan terhadap penggunaan istilah “Bersiap” pada pameran itu.
Istilah “Bersiap” akrab di telinga orang Belanda, berkaitan dengan kejadian pasca-Kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga penyerahan kedaulatan pada 1949. Perdebatan ini dihadirkan di laman-laman media online serta di beberapa koran Indonesia.
Saat ditemui penulis pada Senin, 7 Februari 2022 di Amsterdam, Bonnie dengan terkekeh mengatakan bahwa sudah saatnya gegeran ini diluruskan, walaupun dengan berdebat panjang lebar.
Seperti diketahui, istilah “Bersiap” ini dikhawatirkan akan mencitrakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang brutal dengan melakukan pembunuhan-pembunuhan liar kepada warga Belanda dan orang-orang yang dianggap kaki tangan Belanda di Indonesia, pada rentang waktu 1945-1949.
Saat tulisan ini dibuat, isu yang sedang menghangat adalah rilis resmi penelitian tentang dugaan kekerasan yang berlebihan oleh tentara Belanda yang terjadi pada Perang Kemerdekaan.
Penelitian yang dibiayai pemerintahan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebesar 4,1 juta euro sejak 2017 ini, tak pelak menggegerkan banyak pihak. Dan Mark Rutte bahkan sampai membuat statement permintaan maaf kepada rakyat Indonesia atas terjadinya kekerasan yang berlebihan dan terstruktur oleh pasukan Belanda pada saat itu.
Tentu saja isu tersebut tidak akan dibahas di sini, karena bakal sangat panjang dan melelahkan mengingat banyaknya pendapat pro maupun kontra baik dari masyarakat umum maupun dari politisi di Belanda.
Pameran yang direncanakan berlangsung hingga 5 Juni 2022 ini, sangat diminati oleh, terutama WNI di Belanda. Terlihat dari laman pemesanan tempat Rijksmuseum yang tersisa sedikit setiap harinya.
Tiket masuk dipatok 20 euro (sekitar Rp 320.000), dan gratis bagi mereka yang memiliki kartu langganan Museumkaart. Anak-anak di bawah umur 18 tahun bebas tiket masuk.
Kesempatan ini sangat bagus untuk keluarga WNI di Belanda, untuk memberikan edukasi sejarah Perjuangan Indonesia kepada generasi penerus bangsa.
Editor: Tian Arief
You overlooked something!