Lucunya Anak-anak WNI di Belanda Kala Makan Klepon dan Meracik Cendol

Penulis: Bambang Ponco

BUDAYA Indonesia sebenarnya sudah tidak asing bagi orang Belanda. Tetapi pengetahuan tentang Indonesia masih bersifat umum. Termasuk bagi anak-anak keturunan kawin campur, warga Indonesia dengan warga Belanda. Karena mereka lahir di Belanda, sudah pasti budaya Belanda lebih kental dalam keseharian mereka. Lalu bagaimana mereka mengenal budaya Indonesia yang juga ada dalam darah daging mereka?

Jangan kuatir, di Belanda ada kegiatan yang khusus mengenalkan budaya Indonesia kepada anak-anak sejak dini. Yaitu Cultuurtuin yang diadakan setiap minggu secara rutin. Berlokasi di gedung pertemuan Meevart, Balistraat 48 Amsterdam. Tak kurang dari 15 peserta anak yang mengikuti kegiatan ini. Rata-rata berusia 5-7 tahun.

Penggagas Cuulturtuin atau taman budaya tersebut adalah Annika Cuyper dari Yayasan Matahari Media. Kegiatan tersebut memang fokus dengan budaya Indonesia.

Suasana belajar bagaimana meracik minuman cendol. Foto: Bambang Ponco

”Kami memperkenalkan budaya Indonesia di Belanda melalui Cuulturtuin tidak hanya untuk anak keturunan campuran saja, tapi juga untuk anak-anak warga Belanda yang tertarik dengan budaya Indonesia,” kata Annika.

Kegiatan taman budaya Indonesia berlangsung sejak Juli 2021 lalu. Dalam melakukan kegiatan, Annika mengaku mendapat dukungan dari pemerintah Belanda melalui pemerintah kota Amsterdam dan juga dari Kedutaan Besar RI di Den Haag.

Tema kegiatan yang diadakan mulai jam 10.00-11.30 tersebut berbeda tiap minggunya. Antara lain, permainan layang-layang dan cara membuatnya. Pernah juga tentang wayang dan cendol, yang di Belanda sering di tulis Tjendol, minuman khas indonesia yang banyak dijual di Belanda.

Anak anak yang penasaran dengan rasa minuman cendol. Foto: Bambang Ponco.

Seperti pada Minggu (7/11) lalu. Temanya adalah kelapa. Anak-anak belajar bahwa buah kelapa terdiri atas bagian-bagian seperti sabut kelapa dan batok kelapa.

“Anak-anak juga diberi tahu bahwa di Indonesia, orang-orang mengajari monyet-monyet untuk memetik kelapa,” kata Ade Sinaga, salah seorang staf penyelenggara.

Adapun para pengajar adalah Daan Goppel dan Tiurlan Tobing.