
Beberapa bulan sebelum kegiatan ini dilakukan, Ade dan tim WHE sudah memberitahu para calon donatur. Di antaranya beberapa pengusaha rekanan bisnis suami Ade, dan beberapa gereja, melalui kotak diakonia dan juga perorangan.

“Awalnya saya sempat kecewa juga, karena kok nggak ada yang merespon informasi soal kegiatan ini. Tapi dua minggu sebelum hari yang ditentukan, yaitu tanggal 23 Desember, bantuan dan donasi mulai berdatangan. Bahkan setelah aksi selesai, donasi masih terus mengalir. Ada yang sumbang 30 paket, 20 paket dan puji Tuhan, akhirnya terkumpul semua,” ujar Ade.

Karena dalam masa lockdown, aturan jaga jarak dan penggunaan masker diberlakukan. Hanya tiga orang yang boleh masuk ke dalam ruangan secara bergantian. Jadi warga yang akan mengambil bingkisan antre di luar.

Pembagian bingkisan Natal berjalan tertib dan penuh sukacita. Termasuk para relawan yang jam kerjanya bergantian. Mereka dibagi menjadi dua shift, pagi (09.00-15.00) dan sore (15.00-21.00). Meskipun merasa letih, Ade mengaku merasa senang karena telah melakukan kegiatan kemanusiaan. Ade, yang punya hobi masak, membuat sendiri makanan panas untuk kegiatan ini.

“Saya hanya dibantu satu asisten, untuk membuat sate ayam sebanyak 120 kilogram. Ini tentu makan waktu 2-3 hari. Karena memotong ayam kecil-kecil lalu ditusuk untuk sate, kan lumayan lama prosesnya. Nah kalau potong sayuran dan bikin mie goreng buat saya yang sering masak sih ngga terlalu berat. Dan untungnya, karena suhu udara dingin, masakan yang telah matang sehari sebelumnya, langsung ditaruh di luar rumah dalam keadaan tertutup. Kan dingin tuh, jadi nggak perlu dimasukkan ke kulkas,” jelas Ade.

Ade mengucapkan syukur karena kegiatan ini bisa berjalan sesuai dengan harapan. “Kami sangat senang karena bisa berbagi kepada mereka yang membutuhkan, dan juga bangga dengan para relawan yang ikut membantu terlaksananya kegiatan ini. Saya berharap tahun depan juga akan ada kegiatan seperti ini. Kita membagi sukacita Natal dan semoga tetap sehat di tahun yang baru,” tutur Ade menutup percakapan.
Editor: Tian Arief