Sinterklaas diyakini sebagai perwujudan seorang uskup agung Katolik yang berasal dari Turki, bernama Uskup Myra, yang kemudian lebih dikenal sebagai St. Nicholaus (Santo Nikolas) pada abad ke-3 Masehi. Sebagai seorang uskup, Sinterklaas tidak memiliki anggota keluarga. Satu-satunya orang yang menemaninya dan membantunya membagikan kado adalah Piet Hitam. Saat itu, Santo Nikolas bertemu satu keluarga miskin, kemudian membagikan sekantong koin emas untuk membantu kehidupan keluarga tersebut. Simbol koin emas inilah yang digunakan sampai sekarang.
Hal itu pula yang membuat pakaian yang dikenakan Sinterklaas mirip dengan baju uskup Katolik. Sinterklaas diyakini telah ada sejak 343 Masehi di Belanda. Ia tinggal di Amsterdam saat Spanyol mendominasi Belanda.

Tradisi lainnya dalam perayaan Sinterklaas ini adalah membuat surprise alias kejutan. Misalnya seorang siswa memberikan hadiah kepada teman sekelasnya. Hadiah itu dibungkus dengan sangat menarik. Biasanya pembuatan surprise ini dilakukan di Sekolah Dasar mulai dari kelas 4 (grup 6 di sekolah Belanda). Inilah saatnya untuk dapat berkreasi dalam membungkus hadiah sedemikian rupa agar si penerima merasa senang.
Saat perayaan Sinterklaas, keluarga di Belanda atau antar-teman biasanya berkumpul dan saling bertukar kado. Biasanya sebelum tidur, anak-anak sudah menyiapkan sepatu mereka berikut dengan wortel dan sedikit air susu untuk Ozosnel kudanya, serta daftar hadiah yang mereka inginkan, juga tak lupa puisi untuk Sinterklaas. Anak-anak itu berharap, esok harinya sepatu mereka akan diisi dengan hadiah.

Mereka meyakini kalau anak yang baik akan mendapatkan hadiah yang mereka inginkan, sedangkan anak yang nakal akan mendapatkan sebutir kentang. Semua orang biasanya mendapat jatah cokelat dengan inisial nama mereka masing-masing dari Sinterklaas.
Ketika perayaan Pakjes Avond selesai, warga Belanda akan bersiap untuk menyambut hari Natal di akhir Desember. Dan saat pandemi ini, Sinterklaas tidak dihadirkan di ruang-ruang publik. Namun untuk membuat anak-anak senang, Sinterklaas bisa dipanggil ke rumah masing-masing.
Editor: Tian Arief