Reporter itu mendapat penggemar tersendiri untuk “kasus-kasus dingin”, termasuk kasus pelecehan dan pembunuhan seorang anak laki-laki bernama Nicky Verstappen pada 1998.
Dia saat itu berperan sebagai juru bicara keluarga Vestappen, saat kasus itu meledak pada 2018, yang membuat tersangka pelakunya mendapat hukuman 12 tahun penjara.
Sementara itu, Wali Kota Amsterdam Femke Halsema memimpin doa terhadap wartawan pemberani itu, pekan lalu.
“Peter R. de Vries adalah seorang pahlawan nasional kita, seorang jurnalis berani yang langka, yang tanpa kenal lelah mencari keadilan, dan sepenuhnya independen, serta memiliki semangat yang bebas,” kata wali kota wanita itu, dalam sebuah jumpa pers.
Halsema melanjutkan, “dia berdiri di pihak yang membutuhkan pertolongan, seperti orangtua dari anak korban pembunuhan, juga mereka yang tidak bersalah tapi dinyatakan bersalah.”
Jadi target pembunuhan

De Vries seringkali maju menjadi saksi di pengadilan, termasuk dalam kasus Holleender, penculik Heineken yang didakwa membunuh Van Hout pada 2003. Banyak kalangan yang menyebutkan bahwa keberaniannya maju sebagai saksi membuat De Vries menjadi target kejahatan.
Holleeder bahkan menyebut De Vries sebagai seorang “penipu kotor”. Sejak 2020, De Vries menjadi penasihat dan orang kepercayaan Nabil B, seorang jaksa penuntut dalam kasus Ridouan Taghi, penjahat paling dicari di Belanda.
Jaksa menjuluki komplotan Taghi sebagai mesin pembunuh yang sangat sadis.
De Vries pada 2019 pernah menulis di Tweeter-nya, bahwa dia mendapat info dari polisi dan pejabat hukum bahwa dia menjadi target pembunuhan, sejak berurusan dengan Taghi.
Pengamanan terhadap aparat hukum yang menangani kasus Taghi semakin diperketat sejak pengacara Nabil B, Derk Wiersum, ditembak di jalan depan rumahnya pada 2019.
Sumber: France24.com
Editor: Tian Arief