Peduli Lingkungan, Anak Muda di Belanda Bikin Hotel Serangga

Penulis: Yuke Mayaratih

Kabarbelanda.com, Deventer – Di negara empat musim seperti Belanda, musim semi adalah musim dimulainya kehidupan baru. Anak muda di Belanda pecinta lingkungan melakukan kegiatan yang terbilang unik, yaitu membuat rumah burung dan “hotel serangga” (insect hotel). Bahan bakunya diambil dari limbah kayu.

Berbeda dengan kebiasaan di Indonesia yang mengandangkan burung dalam sangkar, rumah burung ini sama sekali bukan sangkar, melainkan rumah singgah agar burung-burung liar bisa membuat sarang atau sekadar numpang minum.

Mitch Koeze (32), salah seorang anak muda Belanda, mengatakan, pemanfaatan limbah kayu berarti menjaga lingkungan alam. Kayu yang tidak terpakai tidak dibuang begitu saja. Limbah kayu itu dia ambil dari pabrik pengolahan kayu tempatnya bekerja.

Mitch menggantung rumah burung di belakang rumah (Dok. Mitch
Koetze)

“Mumpung masih musim semi dan udara belum terlalu panas, saya membuat rumah untuk tempat persinggahan burung. Kebetulan di tempat kerja saya, dibolehkan membawa kayu-kayu bekas. Jadi saya menggunakan limbah ini supaya bisa dimanfaatkan untuk lingkungan alam,” kata Mitch kepada Kabarbelanda.com, Senin (24/5/21), di Deventer.

Menurut pecinta lingkungan ini, di musim semi ini banyak burung yang bertelur dan menetaskan anak burung, sehingga populasinya semakin banyak. Padahal pohon belum benar-benar siap menghasilkan buah atau bunga yang mereka butuhkan. Selain itu, rumah burung ditujukan agar burung bisa berteduh atau singgah untuk minum.

Bentuk rumah burung unik buatan sendiri. (Heiko Obdeijn)

Jadi ornamen hiasan rumah

Mitch mengaku, ide awal pembuatan rumah burung ini adalah pemanfaatan limbah kayu, yang selama ini dibuang secara mubazir. Lalu dia mendapat saran dari ayah dan kakaknya agar membuat beberapa rumah burung.

“Saya melihat contoh dari YouTube, dan untuk ukuran rumah burung ini saya sesuaikan dengan material kayu yang ada. Awalnya saya menghabiskan 3 sampai 4 jam untuk membuat desain, mengukur, dan memastikan bentuk burung yang cantik. Soalnya fungsi rumah burung bukan saja untuk memberi ruang berteduh atau makan untuk burung. Setelah yang satu selesai, selanjutnya saya hanya memperbanyak sesuai contoh desain pertama tadi. Jadi waktu pembuatannya lebih pendek, hanya 1 sampai dua jam,” tutur Mitch sambil tersenyum.

Selama 2 hingga 3 pekan di sela-sela waktu luangnya, Mitch berhasil membuat lima rumah burung. Ia lalu memasangnya di bagian luar atap rumah atau di taman belakang.

Insect hotel belum selesai dibuat. (Heiko Obdeijn)

Insect Hotel

Mitch bukan satu-satunya anak muda Belanda yang memanfaatkan limbah untuk dikembalikan ke alam. Heiko Obdeijn (27), pemuda yang tinggal di Deventer, juga melakukan hal serupa. Bahkan dia membuat kombinasi rumah burung dan insect hotel (hotel serangga) sekaligus.

“Saya membuat rumah burung dan insect hotel ini tidak rutin, tergantung mood dan cuaca juga,” kata Heiko.

Rumah burung dan insect hotel, jadi ornamen hiasan di taman
belakang rumah
. (Heiko Obdeijn)

Menurut Heiko, bukan hanya burung yang membutuhkan rumah, tetapi serangga juga butuh tempat singgah. Nah, rumah untuk serangga ini disebut insect hotel. Di situ serangga menyimpan telurnya sampai menetas. Meski tidak semua serangga mau tinggal di situ, tapi paling tidak serangga jenis lebah, capung, kupu-kupu, kumbang dan laba-laba, senang mampir di insect hotel.

Baginya, membuat insect hotel tidaklah sulit. Cukup membuat beberapa kotak kayu, jerami, lumut, dan alang-alang. “Saya membuatnya dengan ukuran 70 cm x 35 cm, lalu menggabungnya dengan rumah burung supaya lebih indah. Jika cuaca bagus, dalam waktu dekat mungkin saya akan membuatnya lagi,” ujarnya.

Di masa pandemi ini, jika masih belum bisa ke mana-mana, tak ada salahnya anda mencoba membuat rumah burung dan hotel serangga ini. Ada empat keuntungan yang bisa diperoleh dari kegiatan ini. Selain memanfaatkan limbah kayu, juga mengisi waktu luang (agar tidak bosan di rumah), anda juga bisa mempercantik taman di sekitar rumah, sekaligus memelihara lingkungan alam. Gimana, anda tertarik?

Editor: Tian Arief

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :