Kabarbelanda.com, Amsterdam – Memakai masker penutup hidung dan mulut merupakan salah satu upaya pencegahan penularan virus corona atau COVID-19, seperti disyaratkan dalam protokol kesehatan yang dijalankan di setiap negara. Namun warga Belanda banyak yang menolak mengenakannya saat berada di ruang publik.
Padahal, seperti di beberapa negara Eropa lainnya, Belanda mengalami peningkatan infeksi dalam beberapa pekan terakhir. Tercatat ada 1.329 kasus selama dua pekan terakhir, dan jumlah yang dirawat dan yang meninggal cukup tinggi. Saat ini tercatat ada 6.147 kematian akibat COVID-19.
Pada Rabu lalu (19/5/21), di Parlemen Belanda terjadi debat sengit berkaitan dengan hukum darurat yang bisa menjadi kekuatan bagi pemerintah untuk mewajibkan pemakaian masker di ruang-ruang publik, sebab angka pasien terinfeksi COVID-19 dalam sehari mencapai rekor tertinggi, yakni mendekati angka 5000.
Namun Perdana Menteri Mark Rutte berulang kali mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki niat untuk memaksa warganya memakai masker. Padahal pemakaian masker itu diwajibkan oleh WHO sebagai salah satu upaya untuk menghambat penularan virus.
Salah satu alasannya disebutkan, tidak ada rekomendasi dari pakar mengenai efektivitas penggunaan masker. Disebutkan pula, berdasarkan data dan penelitian, para pakar menemukan bahwa tak ada bukti kuat masker dapat mencegah penularan. Kendati demikian, mereka mengakui kalau gerakan tidak mengenakan masker bisa menghambat perang melawan wabah.
“Dari semua bukti, masker tidak diperlukan. Tidak bermanfaat. Malah, mungkin bisa berdampak negatif,” kata Coen Berends, juru bicara Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Belanda, sebagaimana dikutip Daily Mail.

Klaster-klaster baru penularan virus
Tim penasihat kabinet melaporkan, kenaikan angka infeksi virus itu disebabkan warga adanya pertemuan keluarga atau pesta. Mereka banyak yang tidak mengenakan atau melepas masker saat berada di keramaian atau kerumunan di tempat umum.
Klaster lainnya datang dari sebuah bar di Hillegom, dekat Amsterdam. Para pelanggan bisa duduk berdekatan, berjabat tangan, bahkan berpelukan. Seorang penjaga bar menegakan, dirinya yakin kalau virus itu tidak aktif. Bahkan sesumbar itu mereka tuliskan di Facebook. Akibatnya bisa diduga, ada temuan 39 kasus positif dari klaster itu.