Berpuasa di Belanda: Lupa Lagi Puasa, Ngopi Siang-siang Karena Ditawari Teman

Godaan di Siang Hari

Godaan terhadap orang yang berpuasa di Belanda, menurut Adi, jauh lebih besar daripada di Indonesia. Itu dimungkinkan karena mayoritas orang di Belanda tidak berpuasa. Kadang-kadang Adi ditawari minum atau ngopi. “Kadang saya lupa juga. Ikut ngopi, padahal sedang puasa,” kata Adi sambil ketawa. Lamanya puasa 17 jam juga tak menjadi masalah bagi Adi. Hanya menahan haus yang sedikit berat buatnya.

Saat sahur, kalau di Indonesia bisanya Adi dibangunkan oleh bunyi-bunyian, yang membuatnya mau nggak mau harus bangun. Selain speaker masjid yang membangunkan sahur, ada sekelompok pemuda yang berkeliling membunyikan kentongan atau memukul-mukul tiang listrik sambil berteriak “Sahur! Sahur!”. Juga orang yang tinggal satu rumah yang membangunkannya.

Nah kalau di Belanda, satu-satunya andalan hanya alarm yang disetel pada jam sahur. “Kalau alarmnya nggak bunyi, atau saking lelapnya tidur sampai tidak mendengar alarm berbunyi, ya sudah… kita semua nggak makan sahur,” kata Adi. Untuk itu, biar lebih afdhal dia biasanya menyetel alarm dari dua handphone berbeda atau jam wekker.

Adi mengharapkan, di bulan suci Ramadhan ini keadaan semakin baik, terutama bekaitan dengan pandemi. Semua orang sehat dan sudah mendapat vaksin. Paling tidak saat Lebaran nanti warga sudah bisa merasakan suasana Lebaran seperti yang seharusnya. “Kita boleh shalat Idul Fitri secara fisik di mesjid. Di situ kita bisa saling bersalaman, berpelukan secara fisik, serta saling bersilaturahmi seperti keadaan normal sebelum COVID,” kata Adi.

Editor: Tian Arief

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :