Berpuasa di Belanda: Lupa Lagi Puasa, Ngopi Siang-siang Karena Ditawari Teman

Berbagi Peran dengan Istri

Sebagai keluarga penggemar berat bakso, Adi membeli bakso dari temannya sesama orang Indonesia yang membuat bakso sendiri. Bakso menjadi pilihan, karena selain bisa mengobati rasa rindunya pada Tanah Air, juga mudah disimpan di freezer. Makanan hangat berkuah ini dianggapnya paling pas untuk puasa, apalagi di musim dingin. “Tinggal siapkan mie atau bihun, bikin kuah bakso, lalu menyantapnya panas-panas,” kata Adi sambil tertawa.

Layaknya keluarga muda di perantauan, Adi dan Sovhie bahu membahu mengerjakan tugas rumahtangga mereka, termasuk soal memasak. Adi kebagian memasak yang “berat-berat”, seperti membuat rendang dan opor ayam. Sedangkan Sovhie membuat makanan untuk takjil, seperti bubur sumsum dan kue-kue, juga menanak nasi.

Untuk berbuka puasa, Adi menyiapkannya sebisa mungkin seperti di Indonesia. “Biasanya kami mengolah singkong, ubi jalar, dan pisang untuk kolak. Kadang-kadang istri saya juga membuat bubur sumsum. Pokoknya semua menu dan jajanan khas Ramadhan serba Indonesia,” tuturnya.

Adi merasa beruntung karena di Belanda bahan makanan khas Indonesia hampir semua tersedia. Bahkan daun kelapa untuk membuat bungkus ketupat dengan cara dianyam, juga ada. Biasanya Adi membelinya di toko Asia atau toko Indonesia, saat mendekati Hari Raya Idul Fitri. Terkadang daun kelapanya sudah tidak hijau segar lagi, melainkan agak kecoklatan karena sudah terlalu lama tersimpan, tapi Adi tetap membelinya, hitung-hitung sebagai pengobat rindu.

Anak-anak dan istri Adi. (Dok Pribadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :