
Kebaktian berlangsung khidmat, meski tanpa iringan musik dan nyanyi bersama. Sebagai gantinya, jemaat menikmati suguhan musik rekaman dari Youtube, sebelum khotbah dimulai.
Jarak kursi diatur dengan jarak 1,5 meter. Usai ibadah, jemaat dianjurkan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing.
Meskipun suasana keakraban sangat berkurang, namun Nina Killay salah satu anggota jemaat dan juga istri dari Jos Lalenoh mengatakan, dengan adanya kebaktian ini, paling tidak, bisa mengobati rindu sebagai sesama perantauan dari Indonesia.
“Biasanya kan sebelum kebaktian kita bisa minum kopi dan makan kue sambil ngobrol. Lalu setelah kebaktian kita juga ada acara makan bersama. Ngobrol dalam bahasa kita, bercanda dan saling bertukar cerita,” kata Nina.

“Karena pandemi Covid ini mau ngga mau memang membuat kebaktian “rasa Indonesia” hilang. Tapi ngga apa-apa yang penting rasa kebersamaan masih terasa saat kita bertemu seperti ini.”
Gereja Oikumene Kawanua-Nederland, berdiri sejak 2010 silam dengan jumlah anggota sekitar 40 orang. Sebanyak 90 persen di antaranya adalah warga Indonesia yang bersuamikan warga Belanda.
“Tapi jemaat yang datang sering melebihi jumlah anggota. Banyak juga mereka yang baru datang ke Belanda, beribadah bersama kami, lalu setelah beberapa lama mereka menemukan gereja baru,” kata Nina Killay.
Penulis: Yuke Mayaratih
Comments are closed.