Protokol Kesehatan Ketat, Ibadah Minggu Umat Kristen Kawanua di Belanda

Kabarbelanda.com, Zuthpen – Sejak lock down dan jam malam diberlakukan di Belanda, kegiatan Ibadah Minggu umat Kristen di Belanda sempat berhenti. Namun kini hal itu telah berubah, seiring dengan kebijakan baru pemerintah Belanda, yang diumumkan setiap Minggu. Di antaranya, mengizinkan warga berkumpul dengan ketentuan khusus, yaitu maksimal 30 orang dalam sebuah aula gedung.

Kesempatan tersebut digunakan pengurus Gereja Oikumene Kawanua-Netherland (GOKN) Zuthpen untuk kembali mengadakan kebaktian secara fisik, Minggu (7/3). Dalam ibadah, Pendeta Ina Veenema menyampaikan khotbah tentang “Melihat ke atas dan berharap kepada Tuhan.”

Pendeta Ina Veenema di Gereja Oikumene Kawanua-Nederland (GOKN) Zuthpen , Minggu (7/3). (Foto: Yuke Mayaratih)

Menurut Jos Lalenoh, Ketua GOKN-Zuthpen, Ia dan pengurus gereja memutuskan untuk tetap mengadakan ibadah secara fisik.

“Di saat seperti ini justru kita mengajak jemaat berkumpul untuk menguatkan dan memberi semangat satu sama lain.,” kata Jos.

“Meskipun kebaktian online banyak dilakukan gereja-gereja besar, tapi kami memilih untuk berkumpul. Karena kebanyakan dari kita orang Indonesia adalah perantau. Jadi kalau merasa sendirian di rumah juga kurang baik.”

Jos Lalenoh, Ketua GOKN-Zuthpen. (Foto: Yuke Mayaratih)

Gereja yang menggelar kebaktian setiap 2 minggu sekali ini, menerapkan ketentuan sesuai saran pemerintah dan juga organisasi PKN (Pinkster Kerk Nederland).

Setiap jemaat yang datang harus menuliskan namanya dalam sebuah formulir, lengkap dengan nomor telepon dan email. Tidak diperbolehkan menyanyi dan tetap menjaga jarak 1,5 meter.

“Kami juga menyediakan masker, cairan disinfektan dan air minum kemasan botol,” kata Jos.

Jemaat Gereja Oikumene Kawanua-Nederland (GOKN) Zuthpen menulis data sebelum mengikuti ibadah secara fisik, Minggu (7/3). (Foto: Yuke Mayaratih)

Kebaktian berlangsung khidmat, meski tanpa iringan musik dan nyanyi bersama. Sebagai gantinya, jemaat menikmati suguhan musik rekaman dari Youtube, sebelum khotbah dimulai.

Jarak kursi diatur dengan jarak 1,5 meter. Usai ibadah, jemaat dianjurkan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing.

Meskipun suasana keakraban sangat berkurang, namun Nina Killay salah satu anggota jemaat dan juga istri dari Jos Lalenoh mengatakan, dengan adanya kebaktian ini, paling tidak, bisa mengobati rindu sebagai sesama perantauan dari Indonesia.

“Biasanya kan sebelum kebaktian kita bisa minum kopi dan makan kue sambil ngobrol. Lalu setelah kebaktian kita juga ada acara makan bersama. Ngobrol dalam bahasa kita, bercanda dan saling bertukar cerita,” kata Nina.

Jemaah Gereja Oikumene Kawanua-Nederland (GOKN) Zuthpen kembali mengadakan kebaktian secara fisik, Minggu (7/3). (Foto: Yuke Mayaratih)

“Karena pandemi Covid ini mau ngga mau memang membuat kebaktian “rasa Indonesia” hilang. Tapi ngga apa-apa yang penting rasa kebersamaan masih terasa saat kita bertemu seperti ini.”

Gereja Oikumene Kawanua-Nederland, berdiri sejak 2010 silam dengan jumlah anggota sekitar 40 orang. Sebanyak 90 persen di antaranya adalah warga Indonesia yang bersuamikan warga Belanda.

“Tapi jemaat yang datang sering melebihi jumlah anggota. Banyak juga mereka yang baru datang ke Belanda, beribadah bersama kami, lalu setelah beberapa lama mereka menemukan gereja baru,” kata Nina Killay.

Penulis: Yuke Mayaratih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :