80 Tahun Indonesia Merdeka: Refleksi Diaspora di Italia dan Jerman

Penulis: Rieska Wulandari

KabarBelanda.com – Jelang perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, suasana meriah tampak di berbagai Kedutaan Besar Indonesia, termasuk di Italia dan Jerman. Aneka lomba dengan hadiah menarik dari sponsor bank menambah semarak perayaan.

Namun, di balik gegap gempita itu, angka mistis 80 tahun justru memunculkan rasa pesimistis di kalangan sebagian diaspora.

Salah satunya dirasakan Diyah Ade Cominelli, diaspora Indonesia yang menetap di Pavia, Italia. Alih-alih ikut berpesta di luar negeri, ia bersama sang suami, William Cominelli, justru pulang ke tanah air. Mereka memilih mempersiapkan kegiatan sosial untuk siswa SLB di Yogyakarta.

Diyah menyiapkan paket sembako berupa 10 kilogram beras, 5 liter minyak goreng, 2 kilogram telur, dan 1 kilogram gula.

“Kenapa cuma satu kilo gula? Karena di Indonesia kasus diabetes sangat banyak,” ujarnya prihatin.

Bekerja sama dengan Lion Club Puspita Mataram Yogyakarta, ia juga mengadakan pemeriksaan diabetes gratis untuk 350 warga, serta menyalurkan 250 kacamata.

“Untuk paket sembako dari dana pribadi. Sementara cek mata dan kacamata dari Lion Club, sekitar Rp57.250.000,” jelasnya.

Di tengah euforia kemerdekaan, Diyah, yang juga pengusaha furnitur, mengaku cemas dengan kondisi Indonesia saat ini.

“Saya melakukan aksi ini sebagai rasa syukur, tapi jujur saya prihatin. Ada blokir rekening bank yang bikin geger, pajak naik tanpa kenaikan gaji, sementara harga bahan pokok terus naik. Saya sangat prihatin,” katanya.

Menurutnya, pemerintah kurang memberi perhatian pada masyarakat terpencil dan gagap teknologi.
“Nanti 17 Agustus diaktifkan pembayaran pakai QR.

Bagaimana dengan penduduk desa yang tak paham teknologi, tanpa ada penyuluhan lebih dulu? Lapangan kerja minim, kejahatan marak, judi online semakin banyak,” keluhnya.

Tinggalkan Balasan