Ada Nyi Roro Kidul yang Menyenangkan di Pameran Verwevenheid

Penulis: Yuke Mayaratih

Kabarbelanda.com, Amsterdam –  Sosok Nyi Roro Kidul. Ratu Laut Selatan, tokoh supranatural dan mistis tampil sebagai peri yang menyenangkan dalam karya seni tekstil kontemporer yang inspiratif. Karya Nuning Damayanti tersebut hanyalah satu dari puluhan wastra yang dipamerkan dalam  International Exibition of Verwevenheid, Textile Diversity in Contemporary Art di Indonesia House Amsterdam mulai Jumat (2/8) hingga Senin (5/8).

“Bermula dari  gagasan pameran tunggal Savitri Sasongko dalam rangka tugas akademik jenjang doktoral di Program Pasca Sarjana Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut Teknologi Bandung. Gagasan ini kemudian berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi pameran tunggal dan pameran grup seni tekstil kontemporer internasional yang melibatkan tidak saja peserta dari Indonesia tapi juga beberapa negara seperti Jepang, Belanda, Swiss, Mesir,” kata Aminudin TH Siregar yang menjadi kurator dan Herra Pahlasari, Program Koordinator “Verwevenheid: Textile Diversity in Contemporary Art”  dalam wawancara tertulis dengan Kabarbelanda.com.

“Textiles, Text, Intertext: Connecting Stories” menampilkan karya-karya dari 27 peserta yang  memperlihatkan bagaimana tekstil digunakan secara luas mulai dari ranah kekeluargaan atau rumah tangga  atau domestic craft hingga ranah publik; mulai dari ekspresi yang bersifat personal ke partisipatori hingga aktivisme.

Dominique Lämmli, Landscapes (Foto: Istimewa)

“Selain terobosan estetik, karya-karya mereka juga menawarkan isu-isu ekologi, spiritualitas, mitologi, aktivisme serta penerapan teknik yang beragam, mulai dari pewarnaan, pencetakan, bordir, jahit, tenun,” kata Aminudin.

Para peserta dari berbagai latar belakang, baik seniman, dosen, pengusaha, hingga aktivis lingkungan hidup, sehingga dengan sendirinya menciptakan persimpangan-persimpangan baru yang memperkaya perspektif mengenai seni tekstil kontemporer.

“Verwevenheid, Keterjalinan, Connecting stories” adalah keterhubungan yang digunakan sebagai kata kunci dalam pameran ini. Juga adalah kiasan bagai jendela  untuk mengamati bagaimana seni tekstil meresap ke seluruh aspek kehidupan, mulai dari lingkungan, masyarakat, hingga teknologi – yang terhubung secara global.

Indrani Ashe “LoopsinTime in Space, 2021. (Foto: Istimewa)


Gagasan di balik pemilihan tema ini menyangkut pandangan umum bahwa segala sesuatu di alam semesta saling berhubungan dan bisa digunakan untuk menyoroti pentingnya memahami bagaimana tindakan manusia berdampak pada dunia di sekitarnya. 

Pameran “Verwevenheid, Textile Diversity in Contemporary Art“  mempertemukan karya-karya para seniman tekstil yang berbeda latar belakang pendidikan dan negara untuk memberikan perhatian khusus pada konteks di mana karya tersebut diproduksi dan melampaui batasan-batasan tradisional.

Pameran bertujuan untuk memberikan wawasan kepada  masyarakat Eropa dan Belanda khususnya tentang perkembangan seni tekstil kontemporer, terutama dari negara Asia, termasuk Indonesia.  Selain itu, pameran “Verwevenheid, Textile Diversity in Contemporary Art” diharapkan juga dapat menunjukkan bagaimana pesatnya perkembangan seni tekstil kontemporer ini, terutama terkait dengan pemanfaatan medium, teknik, dan presentasinya.

Nyi Loro Kidul, karya Nuning Damayanti (Foto: Istimewa)

Pameran juga diharapkan dapat menciptakan jejaring antar seniman Indonesia, Asia dan Eropa untuk membangun pemahaman bersama tentang seni tekstil.

Hanya dengan persiapan selama kurang lebih dua-tiga bulan, pameran yang jika dilihat dari perspektif gagasan, jenis seni dan pesertanya merupakan yang pertama di Eropa tersebut menampilkan karya 27 peserta, dari Indonesia, Jepang, Mesir, Pakistan, Curacao, Inggris, Jerman, Perancis, Swiss dan Belanda yang mengeksplorasi penggunaan tekstil dalam praktik mereka.