Pemilu Belanda Sudah Usai Namun Kabinet Tak Kunjung Terbentuk, Mengapa?

Penulis: Dian Suwarsaputri

Kabarbelanda.com, Hilversum – Pemilihan Umum (Pemilu) di Belanda sudah dilangsungkan 4 bulan lalu. Dari 37 partai politik (parpol) peserta Pemilu, sebanyak 17 parpol berhasil mendapatkan kursi di Tweede Kamer (Dewan Perwakilan Rakyat Belanda). Di Tweede Kamer, seluruhnya ada 150 kursi. Semakin banyak partai mendapat kursi di Tweede Kamer, akan semakin kuat kedudukannya untuk membentuk kabinet pemerintah Belanda.

Dua partai terbesar yang berhasil meraih kursi terbanyak di Tweede Kamer berdasarkan Pemilu bulan Maret itu adalah partai VVD (34 kursi) dan partai D66 (24 kursi). Namun untuk membentuk koalisi pemerintahan, kursi yang mereka miliki masih kurang. Seharusnya minimal 58 kursi.

Satu koalisi di Belanda harus minimal memiliki 76 kursi untuk mendapatkan kedudukan yang kuat dalam pemerintahan. Kedua partai besar itu masih membutuhkan partai lainnya sebagai mitra koalisi. Sedikitnya mereka membutuhkan 18 kursi tambahan dari partai lainnya.

Tweede Kamer memilih pemandu untuk mencaritahu partai-partai mana yang tertarik untuk bekerja sama membentuk koalisi. Pemandu pembentukan kabinet baru yang terpilih adalah Kajsa Ollongren dari Partai D66, dan Annemarie Jorritsma dari Partai VVD. Inilah penyebab alotnya pembentukan kabinet baru di Belanda.

Pada 25 Maret 2021, Ollongren dan Jorritsma akan mengadakan wawancara dengan Ketua Partai VVD Mark Rutte dan Ketua Partai D66 Sigrid Kaag. Namun sebelum wawancara dimulai, Ollongren ternyata positif terpapar COVID-19. Dengan tergesa-gesa dia meninggalkan gedung Binnenhof (gedung MPR-DPR). Seorang fotografer memfoto aksi Ollongren keluar gedung dengan membawa catatan di tangannya.

Kajsa Ollongren dari Partai D66 dengan tergesa-gesa meninggalkan gedung Binnenhof. Catatan wawancaranya terekspos. (DVHN)

Pada foto itu terbaca jelas isi catatan wawancara dengan ketua-ketua partai. Catatan yang paling mengejutkan adalah “Posisi Omtzigt: jabatan di tempat lain”.

Pieter Omtzigt adalah wakil rakyat dari Partai CDA, yang sejak 2019 sangat berperan besar dalam membongkar skandal tunjangan penitipan anak yang menyebabkan jatuhnya Kabinet Rutte III hingga digelar pemilu pada Maret lalu.

Pemandu pembentukan kabinet Kasja Ollongren dan Annemarie Jorritsma tidak lama kemudian menyerahkan jabatan mereka dan mencoba meyakinkan Tweede Kamer bahwa catatan mereka bukan hasil dari wawancara dengan para ketua partai. Tentu saja tidak ada yang percaya dengan pernyataan mereka ini. Sebagai pengganti dipilihlah Tamara van Ark dari Partai VVD, dan Wouter Koolmees dari Partai D66 untuk meneruskan pemanduan pembentukan kabinet.