Indonesia dan Belanda Teguhkan Kemitraan Strategis untuk Masa Depan Berkelanjutan

Jakarta, KabarBelanda.com – Di ruang megah Gedung Pancasila, Jakarta, Kamis (9/10), dua tangan bersalaman erat: Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono dan Menteri Luar Negeri Belanda David van Weel. Di balik senyum diplomatik dan kilau kamera, tersirat babak baru hubungan panjang dua bangsa yang pernah diikat sejarah rumit, kini berpaling ke masa depan yang berkelanjutan dan setara.

Pertemuan itu bukan sekadar seremoni diplomasi. Di atas meja bundar, tersaji kisah kolaborasi lintas waktu, dari pemulangan fosil Java Man hingga rencana kerja sama semikonduktor. “Hari ini kita bertemu sebagai mitra sejajar, bersatu membentuk masa depan yang makmur dan berkelanjutan,” ujar Sugiono membuka pidatonya.

Jejak Masa Lalu yang Kembali Pulang

Dua minggu sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto disambut hangat oleh Raja Willem-Alexander di Den Haag. Dari kunjungan itu, lahirlah keputusan penting: Belanda mengembalikan fosil manusia purba Java Man dari koleksi Dubois.

Menlu RI Sugiono

“Keputusan ini melampaui pertukaran arkeologi,” kata Sugiono. “Ia melambangkan rekonsiliasi dan kepercayaan timbal balik.”

Fosil bersejarah itu bukan sekadar artefak ilmiah. Ia menjadi simbol masa lalu yang dihadapi bersama, dan kini dikembalikan untuk menjadi bagian dari jembatan masa depan.

Bagi Belanda, langkah itu pun sarat makna. Van Weel menyebutnya sebagai wujud nyata penghormatan terhadap sejarah. “Sebanyak 28.000 artefak dari koleksi Dubois akan dipulangkan. Ini hanya mungkin terjadi karena kerja sama erat antara tim Indonesia dan Belanda,” katanya dengan nada tulus.

Dari Sawah hingga Samudra

Namun, perbincangan kedua menteri tidak berhenti di nostalgia sejarah. Agenda utama mereka adalah masa depan, yang dibingkai dalam Plan of Action 2026–2029, sebuah peta jalan kemitraan komprehensif.

Salah satu fokusnya adalah ketahanan pangan. Indonesia, kata Sugiono, ingin memperkuat sistem pertanian yang modern dan tangguh dengan dukungan keahlian Belanda. Melalui penandatanganan Memorandum of Understanding NISCOPS, kedua negara sepakat memperkuat produksi minyak sawit berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil.

“Kemitraan ini tak hanya soal ekonomi,” ujar Sugiono, “tetapi juga soal nilai kemanusiaan dan keberlanjutan.”

Sebagai dua bangsa bahari, kerja sama maritim juga menjadi agenda penting. Indonesia dan Belanda berencana menggelar Bilateral Maritime Forum tahun depan di Belanda untuk membahas keselamatan laut, logistik, hingga pengelolaan pesisir. “Kita sama-sama bangsa pelaut. Kita tahu betapa pentingnya laut sebagai sumber kehidupan,” kata Sugiono.

Jembatan Teknologi dan Masa Depan

Tinggalkan Balasan