PPI Belanda Desak Perlindungan Mahasiswa Usai Tragedi Athaya di Wina

PPI Belanda juga mengimbau mahasiswa Indonesia di Belanda untuk menolak tawaran serupa. Mereka menuntut akuntabilitas KBRI Den Haag serta perwakilan RI lain agar menghentikan praktik melibatkan mahasiswa tanpa koordinasi resmi dengan PPI.

“Negara seharusnya hadir memberikan perlindungan dan keamanan bagi setiap warga negara Indonesia, termasuk pelajar,” tulis PPI Belanda dalam pernyataannya.

Harapan dari Den Haag

PPI Belanda mendorong PPI Dunia untuk segera mempercepat pembahasan Undang-Undang Perlindungan Pelajar. Regulasi itu diharapkan mampu menutup celah praktik eksploitatif yang selama ini menimpa mahasiswa di luar negeri.

“Kami berharap tragedi ini menjadi yang terakhir. Jangan ada lagi mahasiswa Indonesia yang menjadi korban praktik kerja eksploitatif demi kepentingan pejabat negara,” tegas pernyataan itu.

Jejak yang Tertinggal

Bagi teman-teman di PPI Groningen, kepergian Athaya meninggalkan luka mendalam. Sosok muda yang baru merangkai mimpinya itu kini hanya tinggal kenangan.

“Dia selalu bilang ingin membawa nama Indonesia di kancah internasional, tapi tak pernah kami bayangkan perjalanannya terhenti secepat ini,” kata salah satu rekannya dengan suara bergetar.

Athaya mungkin telah tiada. Namun, kisahnya kini menjadi pengingat bahwa perlindungan terhadap mahasiswa Indonesia di luar negeri bukanlah pilihan, melainkan keharusan.

Tinggalkan Balasan