Gerak Solidaritas di Den Haag: Suara dari Tanah Perantauan untuk Indonesia

Oleh: Yuke Mayaratih

Den Haag, KabarBelanda.com – Kamis sore, 4 September 2025, jalanan yang biasanya tenang di sekitar Kortenaerkade dan Zeestraat, Den Haag, akan dipenuhi langkah-langkah para perantau asal Indonesia. Mereka bukan sedang berbaris untuk sebuah perayaan, melainkan untuk sebuah aksi solidaritas penuh makna. Aksi itu diberi nama Gerak Solidaritas Belanda, sebuah bentuk kepedulian terhadap situasi di tanah air, khususnya bagi almarhum Affan Kurniawan dan korban kekerasan dalam peristiwa demonstrasi di Tanah Air lainnya baru-baru ini.

Gerakan dimotori Aksi Kamisan Netherlands, sebuah kelompok yang sejak lama menjadi wadah refleksi masyarakat Indonesia di Belanda. Kali ini, mereka tidak ingin sekadar bersuara di dunia maya. “Selama ini kami hanya bisa menuliskan pendapat di media sosial. Tetapi sekarang waktunya melakukan sesuatu yang nyata, meski kami jauh dari Indonesia,” kata Tamara, salah satu inisiator aksi, saat ditemui di Den Haag.

Dari Kampus ke Kedutaan

Tepat pukul 14.00, rombongan akan mulai berjalan dari ISS Erasmus University Rotterdam (kampus Den Haag). Dari sana, mereka akan menempuh rute sejauh 1,4 kilometer, melewati Kortenaerkade, Zeestraat, hingga landmark perdamaian Vredepaleis. Perjalanan diperkirakan memakan waktu sekitar 20 menit sebelum akhirnya sampai di Tobias Asserlaan, lokasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag berdiri.

Namun, aturan di Belanda melarang aksi massa berjumlah lebih dari 25 orang untuk berkerumun tepat di depan kedutaan. Karena itu, rombongan hanya akan melintas di depan KBRI, lalu berputar menuju taman yang berada di belakang gedung. Di sanalah mereka akan berhenti selama 10–15 menit, lalu melakukan refleksi bersama.

Dukungan yang Meluas

Awalnya, jumlah peserta diperkirakan puluhan saja. Namun hingga sehari sebelum aksi, lebih dari 200 orang telah mendaftar. Angka itu terus bertambah. Panitia pun mengantisipasi lonjakan peserta dengan mewajibkan registrasi melalui tautan khusus, agar pelaksanaan tetap tertib sesuai izin dari kepolisian dan pemerintah kota.

Meski aksi ini bernaung di bawah payung Aksi Kamisan Netherlands, dukungan datang dari beragam kalangan. Tak hanya PPI Utrecht dan PPI Den Haag yang secara resmi menyatakan dukungan, tetapi sejumlah anggota PPI dari kota lain juga bergabung secara pribadi. Di luar itu, ada pula akademisi, pekerja, hingga keluarga Indonesia yang menetap di Belanda.

“Bagi kami, ini bukan sekadar unjuk rasa. Ini cara menunjukkan bahwa suara keadilan tidak mengenal batas negara,” ujar Tamara.

Antara Jalanan dan Ide

Tinggalkan Balasan