
Adapun Patrick Kluivert tidak hadir sendirian. Ia didampingi asistennya, Alex Pastoor dan Denny Landzaat, serta dua pemain Tim Nasional Perempuan Indonesia, Claudia Alexandra Scheunemann dan Keysha Bulgami. Kehadiran mereka menjadi magnet perhatian para peserta.
Dalam kesempatan itu, Kluivert menyampaikan ucapan selamat bagi Indonesia. “Selamat ulang tahun ke-80 untuk Republik Indonesia. Merupakan kehormatan bisa merayakannya bersama masyarakat Indonesia di Belanda,” ujarnya.

Sebagai bentuk apresiasi, Kluivert bersama Claudia Scheunemann menerima Ambassador’s Award 2025 yang diserahkan langsung oleh Dubes RI. Prosesi ini sekaligus menjadi simbol rasa syukur atas kemerdekaan.
Selepas upacara, Kluivert tampak akrab berbaur dengan warga dan diaspora. Mereka menyambutnya hangat, banyak yang memanfaatkan momen untuk berfoto bersama sang pelatih tim nasional.
Perayaan berlanjut dengan bazaar kuliner, Panggung Gembira, hingga lomba-lomba khas 17 Agustus yang diikuti semua kalangan. Namun, sorotan tetap tertuju pada kehadiran Patrick Kluivert yang membuat HUT RI di Belanda tahun ini terasa semakin istimewa.

Selepas upacara, suasana berubah semakin meriah. Berbagai kegiatan digelar, mulai dari Panggung Gembira, lomba-lomba khas 17 Agustus, pameran karya siswa SIDH, stan layanan konsuler KBRI, hingga bazaar kuliner. Sajian seperti sate, rendang, bakso, pempek, es teler, dan jajanan Nusantara menjadi primadona, diserbu pengunjung yang rindu cita rasa tanah air.
Di panggung hiburan, penampilan band siswa SIDH, musik suling kecapi, DJ corner, peragaan busana Nusantara, hingga medley tarian daerah dan dangdut menggoyang penonton. Joget bersama dan flash mob Tabola Bole yang dipimpin ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan KBRI, Paskibra, staf KBRI, serta masyarakat, menambah keceriaan.
Area kreatif untuk anak-anak juga tersedia, dengan aktivitas menggambar, mewarnai, dan membuat prakarya bernuansa kemerdekaan. Perlombaan khas 17 Agustus seperti makan kerupuk, lari karet, hingga mengisi air ke botol tetap menjadi daya tarik lintas usia. “Bukan hadiahnya yang dicari, tetapi suasana dan kehebohan lombanya,” ujar salah seorang peserta.
Dubes Mayerfas bersama istri, Virna Mayerfas, tampak membaur dengan masyarakat. “Perayaan ini bukan hanya mengenang perjuangan pahlawan, tetapi juga mempererat persaudaraan sesama anak bangsa di perantauan,” ujarnya.