16 Tahun ILH: Lebih dari Sekadar Komunitas Diaspora Indonesia di Belanda


Nina Hoetink, diaspora yang tinggal di Harderwijk, mengaku tergerak. “Setelah nonton film itu, saya merasa punya panggilan. Bagaimana kalau kita bantu, 1 atau 2 euro sebulan saja?” ujarnya penuh semangat. “Kalau bukan kita, siapa lagi?”

Komunitas yang Hidup dan Dinamis

Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan dari grup tari Madaloka, penyanyi Duo Cici dan Rudy Ruitenschild, penari Edi De Danser, dan peragaan busana dari desainer Dian Oerip.

Stan-stan didominasi pelaku usaha dari dalam komunitas sendiri. “Sejak lima tahun terakhir, banyak anggota ILH menjual produk lewat Facebook ILH,” kata Ellen Nelwan, salah satu admin.

Dyana de Jong, salah satu sponsor, dan buka stand kosmetik dari Indonesia. (Foto: Yuke Mayaratih)

Menurut Ellen, ILH tidak komersial. Bila ada sponsor, seperti RG Rumah Glowing, manfaatnya dikembalikan ke anggota dalam bentuk voucher. Filosofinya: komunitas ini bukan ladang bisnis, melainkan rumah bersama.

Dubes RI untuk Belanda Mayerfas juga hadir. Ia datang bersama dua atase dan sempat menyampaikan sambutan.

“Saya sering memantau akun ILH yang sangat aktif. Banyak pertanyaan muncul di sana, dari soal visa hingga perlindungan hukum,” ujar Mayerfas.

“Saya ingin tegaskan, siapa pun yang masih makan nasi dan sambal, itu masih Indonesia. Dan kami siap memberi perlindungan.”

Penari dari Grup Madaloka Dans Studio. (Foto: Yuke Mayaratih)

16 Tahun, 13.916 Anggota

ILH lahir dari keprihatinan tiga perempuan Indonesia: Pien Liem Purba, Ellen Nelwan, dan Imelda van Hoek. Enam belas tahun lalu mereka sepakat membentuk komunitas daring sebagai wadah silaturahmi warga Indonesia di Belanda.

Kini, ILH memiliki 13.916 anggota. “Visi kami sederhana: mempererat persaudaraan, memperkuat kerukunan, dan menjaga kesehatan mental lewat silaturahmi,” ujar Imelda.

Lewat Facebook, ILH tak hanya jadi tempat berbagi informasi, tetapi juga wadah dukungan, dari jualan makanan, promosi usaha, hingga solusi untuk persoalan hukum. “Kami bangga, banyak anggota yang sukses punya restoran sendiri,” kata Pien.

Tantangan tetap ada, terutama menjaga harmoni dalam grup. Tapi para admin sepakat bahwa nilai kekeluargaan harus dijaga. Mereka pun mengutip kutipan terkenal dari John F. Kennedy, “Jangan tanya apa yang negara berikan untukmu, tapi tanyakan apa yang bisa kamu berikan untuk negara.”

Di usia 16, ILH bukan hanya komunitas diaspora, tapi sebuah jalinan hati yang membentang dari Sumatra hingga Sumba, dari Den Haag hingga Amsterdam. Sebuah kampung halaman digital yang tetap terasa hangat meski jarak ribuan kilometer membentang dari Tanah Air.

Tinggalkan Balasan