Kenangan yang Diundang Pulang
Di antara pohon dan semilir angin musim semi, sekitar 150 orang berkumpul sejak pagi. Meski langit tak cerah, antusiasme warga tak surut.
Bahkan setengah jam sebelum gerbang dibuka pukul 11.00, antrean sudah terbentuk. Tak heran, acara ini menjadi ruang temu yang dirindukan oleh komunitas Indo—mereka yang berdarah campuran Belanda dan Indonesia.

Masuk ke area pasar memang gratis, tapi pengunjung diminta membayar parkir sebesar dua euro. Untuk menikmati kuliner khas, tersedia sistem pembelian koin plastik seharga tiga euro per keping. Satu porsi gado-gado, misalnya, bisa ditebus dengan dua koin.
Rasa dan Irama dari Timur
Makanan memang menjadi bintang utama. Rijsttafel, nasi goreng lengkap, dan gado-gado disajikan oleh satu-satunya penyedia katering, Suara Gembira.
Tak mengherankan jika antrean di stan makanan utama cukup panjang. Sementara di sisi lain, jajan pasar seperti lemper, pastel, dan risoles—berukuran lebih besar dari biasanya—menjadi buruan pengunjung.

Yang paling menyedot perhatian tentu stan sate ayam. Aroma bumbu kacang yang menggoda tercium dari jauh, menarik langkah siapa saja.
Lima tusuk sate disajikan dalam kemasan kertas segitiga, lengkap dengan bawang goreng dan saus kacang, dibanderol dua koin—cukup untuk menyulut nostalgia siapa pun yang merindukan cita rasa kampung halaman.