
Tuty Koolhaas, pemimpin Nuansa Seni Indonesia (NSI) mengungkapkan bahwa keikutsertaan mereka dalam pergelaran Semarak Nusantara II sejalan dengan visi dan misi NSI.
“Kami ingin menunjukkan bahwa meskipun kami tinggal di Belanda, kami tetap cinta kesenian dan budaya Indonesia. Ini sesuai dengan visi dan misi grup NSI, yakni kami ingin memperkenalkan dan mengembangkan keindahan budaya Indonesia melalui seni tari,” kata Tuty.
Senada Tuty, Eva menyatakan bahwa ia ikut merasa bangga. Melalui pergelaran, dia bisa berpartisipasi memperkenalkan kebudayaan dari tanah leluhurnya, Indonesia lewat musik, tari dan kain tenunan di negeri Belanda.
PBI yang mengorganisir acara ini, berbentuk Vereniging (asosiasi). Oleh karenanya, organisasi ini bertumpu pada aktivitas anggota-anggotanya.
“Merekalah yang menjadi tiang dan fondasi bagi rumah yang bernama PBI itu. Kalau tiang-tiang dan fondasi itu kuat maka PBI akan berkumandang dan bersinar di luar dan di Belanda sendiri,” kata Carlo.

Menanggapi pernyataan Carlo, Eva pun berharap bahwa PBI bisa melangkah lebih jauh lagi di masa depan. Misalnya menjalin kolaborasi dengan pegiat seni dari Belanda atau negara Eropa lainnya.
“Paguyuban Budaya bisa sebagai jembatan bagi seniman Indonesia untuk memperluas gaung Budaya Indonesia di negara Eropa,” kata Eva.
Meski mereka, para pegiat seni budaya Indonesia di Belanda telah belasan bahkan puluhan tahun bermukim di Belanda, mereka tetap cinta pada tanah leluhurnya, Indonesia.
Melalui organisasi PBI itu mereka berharap bisa bersama-sama mengembangkan seni budaya Indonesia di negeri orang.

“Harapan saya dengan adanya grup Paguyuban Budaya ini, para pecinta seni akan berkumpul dan bergabung bersama supaya lebih guyup lagi,” kata Tuty Koolhaas.
“Dengan begitu seni dan budaya Indonesia akan berkembang lebih baik . Dan juga saya berharap dengan wadah paguyuban ini dapat menarik minat generasi muda untuk mengenal lebih dalam lagi akar dan latar belakang budaya orang tuanya, ” lanjut Tuty.
Bagi para penggiat dan pencinta seni Indonesia di Belanda yang tertarik untuk ikut serta dalam kegiatan PBI berikutnya, atau ingin segera memesan tiket untuk pagelaran seni tanggal 10 mei nanti di Azotod, bisa menghubungi PBI melalui email: Paguyubanbudayaindonesia@gmail.com atau melalui telpon: +31623680799 (Eva)

Di Belanda, saat musim semi sampai akhir musim panas nanti, banyak pagelaran kesenian Indonesia digelar di berbagai kota.
Pagelaran seni Indonesia itu memperlihatkan bahwa seniman-seniman RI yang berdomisili di Belanda tidak sekedar ingin bernostalgia, tetapi membersitkan keinginan luhur dari dalam diri mereka bahwa mereka tidak melupakan kebudayaan yang berasal dari tanah airnya.
Meski tanpa embel-embel “untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia di luar negeri” tetapi melalui pagelaran seni Indonesia yang mereka upayakan di berbagai kesempatan di Eropa itu, visi yang seyogyanya diemban pengambil kebijakan di bidang kebudayaan tersebut tersampaikan.

Sejalan dengan itu, dalam kesempatan wawancara terpisah dengan Franky Raden, etnomusikolog Indonesia ternama yang kerap mengadakan pentas musik Indonesia ke berbagai negara, mengungkapkan: “Pada saat bidang-bidang lain seperti ekonomi dan politik mengalami kebuntuan, sudah saatnya kita beralih ke bidang kebudayaan.”
Kesempatan untuk memajukan bidang kebudayaan itu sebenarnya terbuka. Tinggal bagaimana pengambil kebijakan kebudayaan melihatnya sebagai peluang emas seperti yang telah dilakukan negara lain semisal Korea Selatan.
Pada 1997 negara itu mengalami krisis ekonomi yang dahsyat. Melalui kebijakan pemajuan kebudayaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, negara itu kini memperoleh dampak kemajuan luar biasa di bidang-bidang lainnya.
Editor: Natalia Santi