Kisah Miris Tim Karate Indonesia di Dutch Open Almere: Juara dengan Segala Keterbatasan

“Kami sudah membantu dengan maksimal sejak pembuatan visa sampai transportasi, tapi memang karena waktu perencanaannya mepet, jadi memang sempat terjadi miskomunikasi. Terutama soal kendaraan,” kata Agus.

Menurut salah satu sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, pada Jumat(1/11), saat tim melakukan technical meeting, mereka menerima kabar kalau KBRI tidak bisa menyediakan transportasi pada hari pertandingan karena keterbatasan mobil dinas.

Akibatnya, tim harus mencari taksi sendiri pada Sabtu pagi agar tidak terlambat bertanding. Sebagian lagi terpaksa berjalan kaki dengan jarak tempuh 25 menit. Tentu saja hal ini memberatkan secara biaya dan menyulitkan mobilisasi anak-anak yang rata-rata berusia antara 9 hingga 16 tahun. Apalagi dengan suhu udara 7-8 derajat celsius.

Tim karate yang akan kembali ke Indonesia. (Foto: Nana Oorschot)

“Permintaan untuk transportasi dari hotel ke lokasi pertandingan dan transportasi selama tim karate ini ada di Belanda tidak sampai ke saya. Juga soal makanan. Sejauh ini, Ketua Tim hanya minta bantuan penjemputan dari Bandara menuju hotel dan pada saat kembali dari Hotel menuju ke Bandara. Jadi kami hanya memenuhi kebutuhan yang mereka minta saja. Selebihnya pihak Tim Puspresnas tentu sudah merencanakan hal ini dengan matang sebelum keberangkatan,” kata Agus.

Edi Purnomo, membenarkan bahwa peserta pertandingan ini harus berjalan kaki menuju lokasi. ” Betul, jadi mereka jalan kaki kan juga sekalian untuk pemanasan sebelum bertanding. Ini bagus buat mereka,” kata Edi kepada kabarbelanda.com.

“Kalau memang alasannya untuk pemanasan saat berangkat, kenapa saat pulang ke hotel usai pertandingan, mereka juga harus jalan kaki ? Kan kasian mereka pasti letih. Belum lagi  cuaca sangat dingin saat itu, “kata Irma Husnita.

Irma Husnita adalah seorang pelatih Karate yang tinggal di Beverwijk Noordholland- Belanda. Kebetulan saat bertanding ia ikut mendampingi Tim Karate ini.

Makan siang sebelum bertanding. Nasi putih instan dan lauk pauk yang mereka bawa dari Indonesia ( Foto : Irma Husnita)

Kisah Makan Siang Dengan Lauk Seadanya

Masalah berlanjut ketika urusan makan siang. Tim yang bertanding selama dua hari berturut  turut ini, menyiapkan makan siang dengan nasi putih instan dan lauk pauk seperti kentang mustofa, rendang beku dan teri kacang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




Enter Captcha Here :